Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kemenangan URA daripada USA di Tiktok

14 Maret 2022   04:47 Diperbarui: 14 Maret 2022   05:00 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena banyak negara di dunia menentangnya dan menyebutnya sebagai aneksasi atau pencaplokan wilayah oleh Indonesia seperti negara agresor seperti Rusia atas krimea, Israel atas tepi barat, dan China atas Laut China Selatan.

Seperti kita ketahui Tepi Barat yang diklaim Palestina oleh Israel, dan Israel ingin mencaplok permukiman-permukiman di kawasan pendudukan Tepi Barat namun media USA diam dan Ibu Kota Israel benar-benar disahkan di Jarussalem oleh USA.

Langkah Pemerintah USA yang merestui aneksasi (ambil paksa) Israel atas sebagian besar Tepi Barat, Palestina dinilai berbahaya dan mengancam perdamaian dunia.

Dengan mengeklaim bahwa tanah-tanah tersebut milik mereka oleh Israel, Rusia juga melakukan klaim atas krimea dan China atas Laut China Selatan (LCS), dan Indonesia juga harus memahami aneksasi hal yang lumrah dilakukan negara besar.

Kita menilai langkah USA dan Rusia ini sudah diprediksi sejak Donald Trump memindahkan kedutaannya ke Yerussalem, yang makin menambah ketegangan di Palestina di tengah pandemi Covid-19 sedangkan Indonesia sejak pemindahan Ibu Kota Negaranya.

Indonesia bisa menggunakan teknik komunikasi internasional dengan Whataboutisme  selalu menanggapi balik "Bagaimana dengan... (What about...)" sambil membeberkan sebuah peristiwa di negara-negara Barat, negara China, dan Negara Rusia.

Teknik ini mulai digunakan kembali ketika aneksasi Krimea dan intervensi militer di Ukraina tahun 2014, aneksasi tepi barat dan intervensi militer di Palestina tahun 2020, dan aneksasi tepi barat dan intervensi militer di Laut China selatan 2020.

Permulaan aneksasi yang dibutuhkan dalam penerapan suatu ideologi politik adalah dukungan massa yang sebesar-besarnya dan mengabaikan segi kualitas pengikut berpihak kepada Indonesia sesuai dengan karakteristik propaganda yang hanya memerlukan segi kuantitas.

Sementara itu, Infiltrasi ideologi Pancasila ke Timor Leste, seluruh pulau Kalimantan (sebagian Malaysia dan seluruh Brunei Darussalam), dan pulau Papua (termasuk Papua Nugini)  sebagai propaganda sosiologis lebih bersifat tidak tampak dan bersifat jangka panjang. 

Indonesia tidak harus menggunakan cara URA dan USA yang bersifat politis tapi sosilogis mengirimkan kabar gembira ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 (PBNU) diinfus dengan cara hidup (misalnya cara hidup masyarakat), ideologis, yang secara bertahap menerobos institusi ekonomi, sosial, dan politik. 

Propaganda agitasi berusaha agar masyarakat memberikan pengorbanan yang substansial demi tercapainya tujuan yang bersifat segera untuk bersatu dengan Indonesia tanpa aneksasi dan pendekatan militer seperti invasi di Papua Nugini, pulau Kalimantan (sebagian Malaysia dan seluruh Brunei Darussalam) dan Timur Leste.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun