Transisi dari kertas memiliki kekuatan hukum kemudian kedaulatan hukum mudah digigit rayap membuat banyak masyarakat pedalaman berpikir mendalam pentingnya alat tukar alternatif.
Emas lebih dicintai banyak orang selama peradaban manusia berdiri karena emas menjadi simbol kekayaan, kejayaan, dan kehormatan.
Seorang raja-raja sejak dahulu menggunakan mahkota mereka dari emas dia kepala mereka namun mereka tidak pernah terpikir membuat mahkota dari kertas.
Meningkatnya kembali kepercayaan orang dari pedalaman Indonesia merefleksikan emas itu tidak berharga kemudian emas menjadi perhiasan tapi ketika negara memberikan kebijakan menjadi alat transaksi sehingga Abdurrofi Abdullah Azzam menyebut rupiah adalah emas memiliki kekuatan hukum.
Dari kalangan logam baru nikel, aluminium, kuningan dan bimetal yang dijadikan bahan baku rupiah sedangkan mereka tergolong dari logam non mulia sehingga mereka memiliki nilai rendah.
Berbeda dengan kertas dengan nilai 100.000 yang memiliki nilai produksi tidak mencapai 100.000 hanya karena ada angka nol mereka bernilai tinggi dihadapan logam non-mulia namun bernilai rendah dihadapan rakyat.
Banyaknya masyarakat pedalaman mengganti uang mereka dalam bentuk emas agar tidak dimakan rayap menjadi refleksi kertas hakikatnya kertas yang mudah terbakar, mudah mengkerut dan menjadi makhluk paling rapuh dihadapan rayap.
Dari awal kita lahir sebagai manusia kita diyakinkan kertas telah mendefinisikan nafas pertama kita lewat sebuah retorika uang jajan sampai uang menjadi simbol kesuksesan.
Berbeda dengan para seorang peniru handal ia hanya perlu belajar teknik pembuatan uang 100.000 dengan kertas dan tinta khusus sehingga mereka bisa mencetak berbagai mata uang kertas baik polimer sampai serat kapas.
Mereka disebut dengan kejahatan tapi selama kejahatan mereka tidak dibuktikan dan uang mereka tidak ada bedanya dengan yang dibuat pemerintah sehingga kepercayaan terhadap benda uang tidak akan pernah hilang dengan nilai tinggi.
Berbeda dengan emas sebagai bahan baku keuangan yang terbuat dari emas lebih sulit untuk direplikasi dan duplikasi oleh peniru kecuali dari bahan yang sama yakni emas dengan biaya lebih mahal sehingga peniruan emas menambah pasokan rupiah emas.