Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bandarmasih

7 Januari 2025   20:19 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandarmasih

di atas seribu sungai

mengambang harapan-harapan, tuah nenek moyang

menyangga penghidupan puak Kalimantan

menyelam pasir di sungai Martapura

mendayung jukung di hulu Barito

menjala ikan di selat Kotabaru,

angin sakal menderas menyampaikan lagu

musim-musim mengental dari hilir ke hulu

kenangan tercetak di arus dan batu-batu,

adakah kau dengar titah Mpu Masdastana

di antara sawang rindu dan musim yang menderu?

adakah kau tangkap nada pilu

di antara cakap zaman dan wajah musim yang membiru?

sesekali kilat menyambar menerangi taman-taman

melulur sosok kecil berselimut koran

perempuan renta yang minum air hujan

anak-anak muda yang berjalan setengah terpejam

dalam gemerlap seribu lampion yang tak mengapungkan pilihan,

tak ada yang salah memang

cuma ada beberapa hal yang lolos dan hilang

dan kita tak pernah tahu kapan

akan menemukannya lagi di masa depan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun