Ketika Listrik Padam
Malam itu listrik padam seperti yang telah dijadwalkan.
Wilayah kami mendapat giliran dari jam 21 sampai jam
4 subuh. Disambung dengan wilayah-wilayah lain hingga
tiga hari ke depan. Wilayah-wilayah yang terdampak akan
mendapat giliran masing-masing dua kali pemadaman
hingga perbaikan usai dilakukan. Dampaknya cukup
signifikan. Bagi peralatan elektronik dan bagi kegiatan
perdagangan yang sepenuhnya tergantung pada listrik.
Karena kami tidak banyak memiliki peralatan elektronik,
pemadaman itu tidak terlalu berpengaruh dengan jalannya
roda rumah tangga. Perhatian saya justru teralih pada
suasana malam yang berubah seketika.
Jalan-jalan kampung  jadi cepat sepi. Tak ada terdengar suara
televisi tetangga, anak-anak yang suka ribut sendiri karena
nonton tik tok, atau sekedar gemuruh kulkas yang saban
sebentar seperti menghela nafas panjang, lalu terdengar bunyi
klik yang cukup keras. Tabiat anak-anak juga mengalami
perubahan. Si abang mulai menekuni novel-novel remaja
yang ia beli pada suatu pameran. Si adek juga ikut-ikutan
baca komik "Kecil-kecil Berprestasi." Kadang terdengar tawa
dan komentar yang lucu bersahutan. Keduanya saling
menceritakan isi kisah yang sedang mereka baca. Wah,
jangan-jangan pemadaman listrik ini adalah upaya terselubung
pemerintah untuk membudayakan literasi. Menteri kebudayaan
yang baru itu kan seniman dan pecinta buku sejati? Jangan-jangan
pemadaman ini bukan karena ada kerusakan. Jangan-jangan ini
ulah Fadli Zon...
Akan halnya saya, malah tertarik dengan suara-suara khas malam.
Bunyi jangkrik yang menderit-derit, dekut tekukur yang
mendengkur-dengkur, teriakan ruak-ruak yang tanpa henti,
suara cicak, dan bunyi tik tik jam dinding yang memecah sunyi.
Saya teringat masa kecil puluhan tahun silam ketika kami
tinggal di tengah persawahan yang terpencil. Suara-suara
malam inilah yang menjadi hiburan dan instrumentalia
pengantar tidur waktu itu. Ada burung tatapayan yang
mengguguk-guguk, burung bubut yang mirip orang bercelutuk,
atau bunyi burung hantu yang dalam dan menggetarkan.
Kalau ada anak nakal yang susah disuruh tidur zaman itu,
si ibu cukup memgatakan; "Hayu ada burung Kulai-kulai.
Kina dikulainya burit ikam ni." Hayo ada burung hantu.
Nanti disapunya pantat kamu ini. Si anak itupun akan
langsung ngibrit ke dalam kelambu. Padahal kalau dipikir-pikir
mana burung yang mau-maunya menyapu pantat orang yang
habis berak. Memang nggak ada kerjaan lain apa?
Ekosistem dan keadaan alam memang telah mengalami
perubahan. Ragam satwa tidak sebanyak 40 tahun lalu.
Penghuni ladang, yang dalam air dan yang terbang, sudah
banyak yang tidak kelihatan. Penggunaan ragam obat dan
pupuk kimia kini tak terhindarkan. Kami sudah mengalami
setengah ketergantungan. Kalau ada petani yang tak pakai
pestisida, itu bukan karena sadar lingkungan. Tapi karena
sedang tidak punya uang. Kesuburan tanah sudah tak lagi bisa
dipulihkan seperti dulu.
Walau begitu, dengan menggunakan daya adaptasi yang
mencengangkan, sejumlah ikan dan burung ternyata masih
dapat bertahan. Walau tidak sebanyak dulu lagi. Kadang-kadang
serombongan bangau laut masih suka mampir mencari ikan.
Hanya beberapa puluh. Tidak seperti dulu memang, yang
bisa memutihkan seluruh areal persawahan. Burung "Dandang",
bangau hitam yang rentang sayapnya seukuran depa orang
dewasa, satu dua kali masih suka melintas di cakrawala senja.
Walau tak pernah terlihat mampir. Nampaknya mereka punya
tujuan lain yang lebih kondusif dan menjanjikan.
Alam tak sepenuhnya punah dan meninggalkan kami
ternyata. Namun, disamping degradasi yang bersifat alami
ada pula sekat-sekat buatan yang adanya sering tidak kami sadari.
Fasilitas hidup dan aneka produk teknologi, kadang bisa berubah
menjadi sarana untuk alienasi. Perubahan terbesar itu mungkin
tidak terletak pada lompatan budaya dan gaya hidup manusia
masa kini. Tapi lebih pada kemalasan kami untuk berupaya tetap
terjaga dalam kesadaran dan sensitifitas sebagai makhluk yang
multidimensi. Mau bagaimana lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H