karena kedelapan anaknya tidak ada yang buta aksara.
Nyanyian ibulah yang terngiang-ngiang di telingaku, menyela
ke dalam mimpi, meneduhkan jiwa yang menggapai-gapai tak
pasti. Suara ibulah pada akhirnya yang terbukti, setelah aku
pergi kian kemari, membolak-balik dalih dan argumentasi.
Panggilan sayang ibulah yang akhirnya paling aku rindui,
setelah aku puas berhalusinasi tentang teman dan kekasih
sejati. Usapan tangan ibulah akhirnya yang paling mampu
menenangkan dan memberkati, setelah aku jenuh berlari dari
satu hati ke lain hati. Kedalaman air mata ibulah pada akhirnya
yang sedia mengalirkan kesejukan, menciptakan oase-oase