kasar yang diakibatkan oleh ulah kami, tidak pernah sampai ke hati. Sebab tidak ada ibu yang bi-
sa marah  dengan  anaknya,  apalagi mengharapkan kecelakaan.  Jam 1.50,  saya menulis di buku
harian: "Mungkin ini adalah waktu paling mengguncangkan dalam seluruh kehidupanku. Â Seakan
waktu  selama  40 tahun  ini memadat dalam satu saat;  ibu,  orangtua satu-satunya yang kukenal
meninggal dunia. Beliaulah yang selama puluhan tahun kudengar doa lirihnya di tengah kesunyi-
an  malam.  Beliaulah  yang menyandang duka duniaku dalam kebisuan yang tak terpahami oleh
bahasa manusia. Beliau yang menginspirasi segala bentuk keteguhan hati dalam menghadapi ma-
rabahaya petaka dunia yang tak berkesudahan." Lalu secara spontan saya menulis sajak ini:
Â
I B U
                  Malam Pertama Setelah Kepulangan