Mohon tunggu...
Abdurrahman Saleh Setiawan
Abdurrahman Saleh Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Sejak dahulu aku memiliki hobi traveling dan senang membaca buku bertema perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berpetualang di Desa Nglanggeran hingga Sunset Tiba

14 Juni 2022   13:11 Diperbarui: 14 Juni 2022   13:22 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Gunung Api Purba

Bapak Sugeng Handoko mengatakan bahwa "dulunya Gunung Api Purba Nglanggeran merupakan gunung biasa dengan jenis batuan andesit lalu memiliki karakteristik tanah yang keras, tandus, dan curam. Di tempat ini hanya ada batu-batuan saja sehingga masyarakat sering kesulitan memperoleh air bersih sampai akhirnya pemuda setempat memiliki inisiatif untuk menanami pepohonan pada area gunung yang gersang di antara bongkahan-bongkahan batu pencakar langit. Pokoknya berbagai upaya terus dilakukan demi menghijaukan area tersebut dengan aneka jenis tanaman sampai akhirnya lahan seluas 48 hektar itu bisa berubah menjadi hijau dan dapat dijadikan sebagai objek wisata hingga saat ini". 

Mendengar cerita Bapak Sugeng Handoko sebenarnya aku dan temanku tertarik mengunjungi Gunung Api Purba, namun karena hari sudah mulai sore kami mengurungkan niat untuk pergi kesana. 

Tak hanya itu saja, agar dapat sampai ke puncak Gunung Api Nglanggeran setiap wisatawan harus mengikuti petunjuk jalan yang telah dibuat oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, dimana perjalanan bisa menghabiskan waktu selama kurang lebih satu jam. 

Maka, untuk menuju Gunung Api Purba alangkah lebih baik jika wisatawan mendaki di pagi hari agar cuaca tidak terlalu panas atau jika ingin melihat sunrise wisatawan dapat memulai pendakian dari pukul 05.00 WIB. 

Kemudian, wisatawan juga diwajibkan untuak makan terlebih dahulu atau membawa minum agar tidak kelelahan saat mendaki. Pokoknya lain kali aku harus kesini lagi untuk merasakan sendiri bagaimana asyiknya mendaki hingga ke puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. 

Lanjut, setelah berbincang-bincang bersama Bapak Sugeng Handoko kami pun segera bergegas menuju Embung Nglanggeran yang terletak di atas bukit. 

Untuk menuju kesana kami harus menaiki banyak sekali anak tangga kurang lebih sekitar 60 anak tangga. Cukup melelahkan bukan? Tetapi setelah sampai di atas semua rasa lelah itu akan terbayarkan dengan keindahan Embung Nglanggeran yang airnya sangat jernih. 

Kami pun melanjutkan untuk berfoto-foto di sekitar Embung Nglanggeran. Angin sepoi-sepoi dan udara sejuk di area embung membuat kami betah berada disana ditambah dengan keindahan sunset yang menghiasi langit sore. 

Menurut sejarahnya, Embung Nglanggeran sendiri merupakan sebuah telaga buatan yang berfungsi untuk menampung air hujan dan dimanfaatkan oleh warga sekitar guna mengairi lahan perkebunan milik mereka selama musim kemarau tiba. 

Keindahan warna air di dalam embung yang sangat eksotis dan panorama alam dari atas bukit telah memanjakan mata setiap wisatawan. Tak heran jika waduk buatan yang berada di ketinggian 495 mdpl ini menjadi tempat wisata favorit selain Gunung Api Purba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun