Mohon tunggu...
Abdurrahman Saleh Setiawan
Abdurrahman Saleh Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Sejak dahulu aku memiliki hobi traveling dan senang membaca buku bertema perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berpetualang di Desa Nglanggeran hingga Sunset Tiba

14 Juni 2022   13:11 Diperbarui: 14 Juni 2022   13:22 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Desa Wisata Nglanggeran

Kebanyakan orang pasti sudah mengetahui keunikan Desa Wisata Nglanggeran walaupun ada beberapa di antara kita yang belum pernah berkunjung kesana. Disana akan ada banyak sekali hal menarik yang bisa diperoleh. 

Desa Wisata Nglanggeran sendiri berlokasi di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Kota Yogyakarta. Dari pusat Kota Yogyakarta wisatawan dapat menempuh waktu perjalanan selama kurang lebih 45 hingga 60 menit tergantung kondisi jalan yang macet atau tidak. 

Sejak dahulu Kabupaten Gunung Kidul terkenal akan keindahan pantainya. Tetapi, siapa sangka disana juga terdapat sebuah desa wisata yang sangat terkenal akhir-akhir ini. Desa Wisata Nglanggeran namanya. 

Di desa tersebut terdapat 3 macam objek wisata alam yang bisa dikunjungi antara lain Embung Nglanggeran, Gunung Api Purba, dan Air Terjun Kedung Kandang. 

Selain itu, disana juga terdapat Griya Cokelat yang merupakan tempat produksi makanan atau minuman cokelat asli Nglanggeran. Bulan Maret tahun 2022 lalu aku dan temanku berkunjung ke Desa Nglanggeran untuk menghabiskan waktu luang di saat weekend. 

Kami berangkat dari rumah pukul 11.00 WIB melewati Jalan Wonosari. Memang hari itu adalah pertama kalinya aku berkunjung ke Desa Nglanggeran, tetapi hari itu juga akan menjadi sejarah baru dan kenangan manis di hidupku. 

Selama perjalanan menggunakan motor kami melewati banyak sekali area persawahan dengan udara sejuk khas pedesaan. Tak terasa sejam telah berlalu dan tibalah kami di Desa Wisata Nglanggeran. 

Griya Cokelat Nglanggeran 

Objek wisata pertama yang kami kunjungi adalah Griya Cokelat Nglanggeran, disana aku melihat bagaimana proses pembuatan aneka makanan untuk dijadikan oleh-oleh khas Nglanggeran mulai dari dodol cokelat, pisang salut cokelat, bakpia cokelat, hingga cokelat batangan. 

Tempat ini sangat cocok dimanfaatkan sebagai wisata edukasi karena wisatawan dapat menyaksikan secara langsung bagaimana proses pembuatan makanan cokelat dari awal hingga akhir dengan menggunakan bahan baku kakao dan mesin yang sangat canggih. 

Kakao yang diolah oleh ibu-ibu PKK disini diperoleh dari lahan perkebunan milik warga sehingga tak butuh waktu lama untuk mendapatkan bahan baku tersebut.

Ternyata sudah hampir 2 jam aku menghabiskan waktu disini. Setelah itu, aku lanjut membeli beberapa macam cokelat untuk dibawa pulang. 

Cokelat yang menjadi best seller disini adalah cokelat batangan karena rasanya enak dan harganya juga murah aku membeli lumayan banyak. Rasanya hampir mirip seperti cokelat-cokelat batangan merk lain yang dijual di pasaran. 

Embung Nglanggeran

Kemudian, setelah jam sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB aku dan temanku kembali melanjutkan perjalanan menuju objek wisata lain yang ada di Desa Nglanggeran yaitu Embung Nglanggeran. 

Aksesbilitas jalan menuju Embung Nglanggeran sudah cukup baik. Jalanan dibuat beraspal hanya saja sedikit berkelok-kelok karena berada di atas pegunungan.

Bagi pengendara kendaraan roda empat seperti mobil dan bus pariwisata juga bisa mencapai lokasi ini dengan mudah karena sudah disediakan lahan parkir yang cukup luas. Embung Nglanggeran memang tidak begitu jauh dari Griya Cokelat dan hanya menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 5 menit untuk sampai ke lokasi tersebut. 

Setelah memarkirkan motor aku bergegas membeli tiket masuk seharga Rp. 15.000 per orang. Murah sekali bukan? Dari area parkiran wisatawan juga dapat melihat deretan batu-batu purba yang menjulang tinggi. 

Batuan purba inilah yang dijadikan sebagai objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran oleh warga sekitar. Menurut sejarahnya keberadaan Gunung Api Purba Nglanggeran bermula ketika Sugeng Handoko dan para pemuda setempat membentuk komunitas lokal bernama Karang Taruna Bukit Putra Mandiri atau biasa dikenal dengan sebutan Lembaga Sentra Pemuda Taruna Purba Mandiri untuk mengembangkan konsep pariwisata berbasis masyarakat. 

Melalui pemanfaatan segala potensi yang ada, masyarakat telah berhasil memperkenalkan something to see, something to do, dan something to buy kepada para pengunjung. 

Disana kami juga mendapatkan kesempatan untuk bertemu secara langsung dengan Bapak Sugeng Handoko selaku pihak pengelola Desa Wisata Nglanggeran. 

Sejarah Gunung Api Purba

Bapak Sugeng Handoko mengatakan bahwa "dulunya Gunung Api Purba Nglanggeran merupakan gunung biasa dengan jenis batuan andesit lalu memiliki karakteristik tanah yang keras, tandus, dan curam. Di tempat ini hanya ada batu-batuan saja sehingga masyarakat sering kesulitan memperoleh air bersih sampai akhirnya pemuda setempat memiliki inisiatif untuk menanami pepohonan pada area gunung yang gersang di antara bongkahan-bongkahan batu pencakar langit. Pokoknya berbagai upaya terus dilakukan demi menghijaukan area tersebut dengan aneka jenis tanaman sampai akhirnya lahan seluas 48 hektar itu bisa berubah menjadi hijau dan dapat dijadikan sebagai objek wisata hingga saat ini". 

Mendengar cerita Bapak Sugeng Handoko sebenarnya aku dan temanku tertarik mengunjungi Gunung Api Purba, namun karena hari sudah mulai sore kami mengurungkan niat untuk pergi kesana. 

Tak hanya itu saja, agar dapat sampai ke puncak Gunung Api Nglanggeran setiap wisatawan harus mengikuti petunjuk jalan yang telah dibuat oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, dimana perjalanan bisa menghabiskan waktu selama kurang lebih satu jam. 

Maka, untuk menuju Gunung Api Purba alangkah lebih baik jika wisatawan mendaki di pagi hari agar cuaca tidak terlalu panas atau jika ingin melihat sunrise wisatawan dapat memulai pendakian dari pukul 05.00 WIB. 

Kemudian, wisatawan juga diwajibkan untuak makan terlebih dahulu atau membawa minum agar tidak kelelahan saat mendaki. Pokoknya lain kali aku harus kesini lagi untuk merasakan sendiri bagaimana asyiknya mendaki hingga ke puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. 

Lanjut, setelah berbincang-bincang bersama Bapak Sugeng Handoko kami pun segera bergegas menuju Embung Nglanggeran yang terletak di atas bukit. 

Untuk menuju kesana kami harus menaiki banyak sekali anak tangga kurang lebih sekitar 60 anak tangga. Cukup melelahkan bukan? Tetapi setelah sampai di atas semua rasa lelah itu akan terbayarkan dengan keindahan Embung Nglanggeran yang airnya sangat jernih. 

Kami pun melanjutkan untuk berfoto-foto di sekitar Embung Nglanggeran. Angin sepoi-sepoi dan udara sejuk di area embung membuat kami betah berada disana ditambah dengan keindahan sunset yang menghiasi langit sore. 

Menurut sejarahnya, Embung Nglanggeran sendiri merupakan sebuah telaga buatan yang berfungsi untuk menampung air hujan dan dimanfaatkan oleh warga sekitar guna mengairi lahan perkebunan milik mereka selama musim kemarau tiba. 

Keindahan warna air di dalam embung yang sangat eksotis dan panorama alam dari atas bukit telah memanjakan mata setiap wisatawan. Tak heran jika waduk buatan yang berada di ketinggian 495 mdpl ini menjadi tempat wisata favorit selain Gunung Api Purba. 

Kemudian, fasilitas yang ada di embung ini sama seperti tempat wisata lainnya yakni terdapat toilet dan beberapa warung makan kecil-kecilan. 

Namun, semenjak pandemi covid-19 Embung Nglanggeran jarang dikunjungi wisatawan sehingga jumlah pedagang yang berjualan disana semakin sedikit. 

Sebagai tambahan informasi, Embung Nglanggeran akan ditutup pukul 19.00 WIB dikarenakan jalan yang berkelok-kelok dan sedikit curam. Setelah puas menikmati keindahan Embung Nglanggeran pukul 17.00 kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang. 

Bukit Bintang

Sebelum pulang, aku dan temanku singgah sebentar ke Bukit Bintang untuk makan indomie rebus dan jagung bakar yang rasanya sangat enak. Kami memang belum makan siang dari tadi karena di Embung Nglanggeran tidak ada warung yang buka. Hanya ada penjual keliling saja seperti penjual sosis bakar, bakso bakar, hingga cilok. 

Di Bukit Bintang wisatawan dapat melihat keindahan Kota Yogyakarta dari atas bukit apalagi ketika malam hari tiba. Wisatawan akan dimanjakan oleh hiasan lampu kerlap-kerlip beserta bintang yang bertaburan di langit. 

Selain harganya murah, rasa semua makanan yang ada disini juga tak kalah enak mulai dari ayam goreng, bakso, mie ayam, dan masih banyak menu lain. Setelah selesai makan akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah masing-masing. 

Hari itu adalah hari yang menyenangkan bagiku karena bisa berlibur di Embung Nglanggeran dan menikmati keindahan Bukit Bintang. Maka, jika kalian ingin berwisata ke Desa Nglanggeran bisa diusahakan datang lebih pagi agar bisa mengunjungi seluruh destinasi yang ada disana seperti Gunung Api Purba dan Air Terjun Kedung Kandang. 

Selain itu, pengunjung disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi karena kondisi jalannya sangat bersahabat dan tidak terlihat ekstrim. 

Kemudian, saat di area parkiran seluruh kendaraan akan dijaga oleh komunitas setempat sehingga pengunjung tidak perlu merasa khawatir untuk meninggalkan kendaraannya ketika sedang mengunjungi destinasi-destinasi alam yang terdapat pada Desa Wisata Nglanggeran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun