diskriminasi usia terjadi terutama terhadap masyarakat lansia? atau bahkan di kalangan remaja? Hal tersebut merupakan suatu hal yang fatal namun sayang belum banyak yang memahami Ageism ini.
Pernah mendengar istilah Ageism atauMungkin, kita kurang dalam mengenal istilah Ageism ini kebanyakan orang lebih sering mendengar tentang istilah seksisme dan rasisme. Oleh karena itu, kita anggap sepele atau tidak penting istilah ini dan tidak begitu "dilawan" oleh masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat membuat ageisme tumbuh subur di kalangan masyarakat.
Diskriminasi usia, juga dikenal sebagai ageism, mengacu pada perlakuan yang tidak adil kepada seseorang karena usia mereka. Masalah ini sangat penting karena dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang kelompok usia mereka.
Hal ini sering terjadi di lingkungan tempat kerja, banyak perusahaan lebih memilih menggunakan jasa para anak muda. Salah satu kasus diskriminasi umur terjadi pada Bob Crum ketika dia berumur 61 tahun.Â
Crum telah bekerja selama 40 tahun di Silicon Valley dan akhirnya melamar ke beberapa perusahaan karena kontraknya dengan perusahaan tempat ia bekerja telah habis. Bukannya mendapat pekerjaan baru, ia justru mendapat perlakuan diskriminasi.
Crum menyatakan bahwa tim rekrutmen hanya akan merekrut pelamar yang masih muda sebab pengalaman Crum sudah terlalu banyak. Hal ini sungguh terjadi dalam masyarakat kita dengan banyaknya anggapan atau stereotip bahwa orang tua cenderung keras kepala, arogan, dan sebagainya.
Di Indonesia juga pernah mengalami hal yang sama pada tahun 2020 saat vaksin baru masuk di Indonesia. Pada awalnya uji coba vaksin SINOVAC hanya diberikan kepada masyarakat berumur 18-59 tahun.
Menurut ketua tim peneliti uji klinis, Kusnandi Rusmil dalam (Lloyd-Sherlock (2021)) Â "Mengapa kami menargetkan orang usia produktif ? Orang-orang ini dapat bekerja keras, sehingga negara tidak akan mengalami defisit" (Vaccine ageism: the exclusion of older people from Indonesia's national COVID-19 vaccination programme).
Pemerintah tidak memasukkan masyarakat dengan umur 60 ke atas karena pemerintah beranggapan bahwa masyarakat berumur 18-59 tahun bisa bekerja lebih keras dibandingkan dengan masyarakat usia 60 ke atas sehingga pemerintah tidak mengalami kerugian/defisit yang nantinya masyarakat usia produktif dapat memberikan kontribusi kepada negara terlebih dalam pembangunan ekonomi kembali.
Efek yang timbul dari adanya tindakan ageism ini adalah bagi kesehatan orang tua. Dikutip dari laman Who.int, penelitian yang dilakukan oleh Levy et al menunjukkan bahwa, orang dewasa yang lebih tua dengan sikap negatif tentang penuaan dapat hidup 7,5 tahun lebih sedikit daripada mereka yang memiliki sikap positif.Â
Dampak negatif juga dapat dirasakan oleh kaum remaja, misalnya: berkurangnya rasa kepercayaan diri, kurang nya pengalaman karena tidak mendapatkan kesempatan untuk maju, selalu merasa dirinya rendah atau tidak berguna karena sering diberikan kata umpatan seperti "kamu bisa apa? kamu masih muda, minim pengalaman, jangan sok tahu" dan masih banyak lagi.
Terdapat beberapa bentuk turunan ageisme. Adultisme merupakan predisposisi terhadap orang dewasa, yang dianggap bias terhadap anak-anak, pemuda, atau orang muda lain yang dianggap bukan orang dewasa. Jeunisme merupakan diskriminasi terhadap orang tua, dan lebih mementingkan orang muda.Â
Adultcentricism adalah "egosentrisme orang dewasa yang berlebihan. Adultokrasi adalah konvensi sosial yang mendefinisikan "kedewasaan" dan "ketidakdewasaan", dan menempatkan orang dewasa dalam posisi yang lebih dominan dari orang muda, baik secara teoritis maupun praktik.Â
Gerontokrasi merupakan bentuk aturan oligarkial dimana suatu kesatuan dipimpin oleh orang yang lebih tua daripada penduduk dewasa lain. Kronosentrisme adalah kepercayaan bahwa suatu keadaan kemanusiaan lebih unggul daripada masa lampau atau masa depan.
Ilustrasi oleh Sam Kalda
Dari berbagai kejadian yang ada tentu diskriminasi usia ini memiliki banyak dampak buruk. Oleh karena itu kita juga harus mengetahui bagaimana cara kita dalam mengatasi dan memberantas diskriminasi usia. Undang-undang anti-ageisme dalam lingkungan kerja sudah diberlakukan di berbagai negara, misalnya seperti Inggris, Amerika Serikat dan Australia.Â
Undang-undang tersebut berisi tentang perusahaan tidak bisa memecat karyawannya atas dasar faktor usianya. Kemudian menghapus batas usia sebagai syarat penerimaan karyawan.Â
Undang-undang ini bisa mendapatkan izin untuk dilanggar jika perusahaan mempunyai argumen yang kuat. Tentunya, ini menjadi salah satu langkah bagus dalam memerangi ageisme, meskipun undang-undang ini hanya berlaku dalam lingkungan kerja.
Tidak hanya melalui legislasi, memerangi ageisme juga bisa dilakukan dengan cara melakukan kampanye. Seperti membuat pandangan yang seimbang tentang penuaan atau menyosialisasikan dampak-dampak buruk yang dihasilkan ageisme, Menghargai setiap perbedaan yang ada,Â
Menyadari bahwa setiap manusia berhak menjalani hidup tanpa diskriminasi, Membiasakan diri untuk tidak mudah menghina atau membenci kepada orang lain,Â
Menjalin komunikasi dengan baik dengan orang yang memiliki kebudayaan dari kita, dan membiasakan diri untuk tidak cepat menilai orang dari luarnya saja.
Hingga saat ini Ageism ini menjadi masalah yang serius bagi kebanyakan orang, karena masih sering dilakukan dilingkungan sekitar. Padahal Ageism ini bisa berdampak buruk pada psikologis, ekonomi dan sosial seseorang yang mengalaminya.Â
Oleh karena itu, dari sekarang kita harus sadar untuk tidak melakukan diskriminasi kepada seseorang.
Analisis:
Dalam kehidupan sehari-hari lansia selalu dinilai tidak bisa memberikan kontribusi apapun. Lansia selalu dianggap lemah, kesepian dan dependen, dan selalu memandang usia sebagai penyakit.Â
Tidak hanya terjadi pada Lansia, ageism juga bisa dialami oleh seorang yang muda atau remaja. Misalnya generasi milenial yang dianggap lebih manja, malas , tidak mau berusaha, bergantung pada orang lain dan orang tua dan lain-lain.
Mereka yang berusia lebih tua, dianggap jauh lebih berpengalaman dan lebih bijak dalam menjalani hidup, sementara yang lebih muda cenderung ceroboh dan kurang dapat diandalkan.Â
Namun paham ini tidak hanya bersikap diskriminatif pada orang yang muda saja, terkadang juga paham ini menimbulkan diskriminatif terhadap orang-orang lanjut usia (lansia) yang dianggap sudah tidak mampu bekerja dan sebagainya.
Jika dilihat dari masalah sosial ini, teori perubahan sosial yang menggambarkan situasi masalah sosial tersebut adalah teori konflik. Teori konflik sendiri adalah perubahan yang disebabkan oleh adanya ketidakadilan atau ketimpangan sosial. Terlihat bahwa ketimpangan yang terjadi yaitu diskriminasi usia itu sendiri.
Fenomena ini bisa disebut sebagai perubahan sosial karena menurut teori Ritzer " Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu". Artinya terjadinya perubahan dalam pola perilaku masyarakat yang zaman dahulu terjadinya banyak sekali diskriminasi usia, banyak orang yang gagal melakukan sesuatu hanya karena usia.Â
Namun, sekarang sudah mulai banyak kalangan yang membela hal tersebut. Yang menjadikan usia bukan lah suatu hambatan atau larangan dalam melakukan sesuatu. Perubahan sosial ini juga terjadi karena berkembang nya ilmu pengetahuan,semakin luasnya informasi yang ada sehingga masyarakat Indonesia dan dunia bisa lebih mengenal dan mengetahui lagi apa itu ageism.
Melihat dari perubahan sosial yang terjadi, faktor pendorong yang menjadi salah satu alasan terjadinya perubahan sosial dari masalah diskriminasi usia adalah sistem terbuka lapisan masyarakat. Dengan terbuka nya sistem lapisan masyarakat tentunya akan membuat masyarakat menjadi lebih mudah menerima banyak hal baru.Â
Stigma bahwa lansia adalah penyakit dan anak-anak pasti manja, malas merupakan stigma lama. Bahkan sekarang banyak sekali anak remaja yang bersuara melalui youth organization dan itu menjadi tanda bahwa masyarakat sudah terbuka kepada semua kalangan.
Dalam proses perubahan sosial, perlu adanya sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Dengan sikap menghargai membawa lingkungan menjadi lebih sejahtera sebagai manusia sosial.Â
Contoh ketika didalam perusahaan, ada salah satu yang yang mengajukan ide yang sangat baik dan sebagai rekan kerja harus mendukung dan menghargai pendapatnya agar tercipta suasana damai dalam berhubungan.Â
Namun di lain sisi, ada hal faktor penghambat seperti adanya kebiasaan buruk yang sulit diubah seperti tidak menerima kritikan, bermalas-malasan, kurang memiliki inisiatif, sulit menerima kehadiran orang lain dan banyak lagi lainnya yang akan menghambat perubahan ke arah yang lebih baik.
Penulis : Nafisa Aldora Sukada, Rafael Ramandito, Yapin Sean Habeahan, dan Yusuf Christiano.
Lloyd-Sherlock, P., Muljono, P., & Ebrahim, S. (2021). Ageism in Indonesia's national covid-19 vaccination programme. BMJ, 372.
https://ueaeprints.uea.ac.uk/id/eprint/79787/1/Accepted_Manuscript.pdf
https://lpmprogress.com/post/ageisme-diskriminasi-berbasis-usia
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/02/153904069/contoh-diskriminasi-dan-cara-menghindari
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/age-discrimination
https://tirto.id/diskriminasi-berdasarkan-umur-di-tempat-kerja-mempersulit-pelamar-dg98
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H