Mohon tunggu...
Sosiologi Perspektif
Sosiologi Perspektif Mohon Tunggu... Guru - wadah untuk bekarya

Berkaryalah selagi masih berpikir

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bagaimana Idol K-Pop akan Merevolusi Dunia?

17 Agustus 2021   08:50 Diperbarui: 17 Agustus 2021   09:23 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia fashion sekarang ini sudah sangatlah luas dan bebas. Kalangan pria dan wanita hampir tidak memiliki batasan dalam ber-fashion. Tolak ukur mereka memilih adalah sesuai dengan apa yang mereka sukai. Fenomena serupa mengenai fashion ini pun juga terjadi pada kalangan grup boyband Korea Selatan yang sebagian besar lebih memilih untuk memakai pakaian wanita saat sedang konser ataupun melakukan photo model.

K-Pop terus berkembang bukan sebatas menyuguhkan musik dan dance. Namun, juga menghadirkan pop-culture yang turut mengubah banyak pandangan. Salah satunya tentang fashion. Jika crop top umumnya banyak diaplikasikan dalam busana perempuan, tetapi di K-Pop juga diterapkan dalam mode busana para idol cowok. Bahkan, penggunaan crop top di kalangan idol K-Pop cowok ini pun belakangan menjadi tren mode tersendiri.

Perubahan Ini dimulai ketika foto-foto promosi untuk EP Minisode 1: Blue Hour terbaru TOMORROW X TOGETHER beredar di internet pada akhir September 2020. Tidak butuh waktu lama untuk "crop top" menjadi tren di seluruh dunia. Hal tersebut merupakan tampilan yang relatif berani, karena konsep sebelumnya yang menyerukan gaya jalanan dan lebih kekanak-kanakan --- seperti jaket bomber dan kaos warna-warni, jeans robek dengan lapisan luar kotak-kotak, sweater baggy, dan motif hewan yang dipadukan dengan kulit. Salah satu contohnya Sweater Balenciaga yang dipotong Yeonjun, Pullover pastel kecil Taehyun dan perut terbuka, dan Kaos Levis lengan panjang Beomgyu. Mereka semua merupakan contoh dari perubahan fashion tersebut. Dengan MV "Blue Hour", para anggota TOMORROW X TOGETHER merangkul salah satu tren mode paling populer K-Pop: Crop top -- pilihan busana yang dari waktu ke waktu, telah menjadi semacam ritus peralihan untuk semua K-pop laki-laki. Padahal, pada tahun 2003, pria-pria K-Pop di industri ini telah menunjukkan kulitnya sejak pertengahan, ketika grup idola remaja TVXQ muncul di tahun 2003 dengan ketampanan mereka yang menawan.

Sumber : allkpop
Sumber : allkpop
Tidak hanya "crop top" yang menjadi persoalan di kalangan boyband Korea ini, namun masih ada banyak lagi pakaian wanita yang menjadi persoalan di tengah-tengah mereka, seperti contohnya sepatu hak tinggi. Salah satu penyanyi dari boyband Korea 2AM bernama Jo Kwon sudah mulai bereksperimen dengan style sepatu hak tinggi sejak tahun 2012 ketika dia merilis album solonya yang bertajuk Animal. Setelah menyelesaikan wajib militernya pada bulan Maret 2020, Jo Kwon kembali mencuri perhatian dengan membintangi musikal bertajuk Jamie. Menariknya, Jo Kwon datang mengenakan sepatu hak tinggi di red carpet ajang penghargaan tersebut.
Fenomena ini tentunya tidak sedikit mengundang komentar-komentar netizen di dunia maya. Komentarnya beragam, mulai dari yang positif hingga yang negatif. Berikut komentar mereka:

"Semua idola ini terlihat sangat bagus memakainya. Tapi seharusnya dia yang cocok memakainya."
"Terlihat seksi saat pria bugar memakainya."
"Bagaimana bisa ada yang tidak suka ini??"
"Saya sedikit terlempar pada awalnya tetapi ternyata, itu hal yang hebat."
"Ya silahkan."

Sementara yang lain berkata:
"Aku tidak menyukainya. Bahkan dari mata seorang penggemar, itu hanya aneh."
"Itu terlalu berlebihan. Terlalu banyak pertunjukan yang disengaja."
"Aku tidak suka melihat pita pakaian dalam mereka."
"Itu tidak terlihat bagus pada siapa pun."

Alasan mereka menggunakan pakaian-pakaian wanita seperti itu, selain ingin menjadi terkenal di kalangan pria, adalah mencoba menghilangkan toxic masculinity dan Challenging Gender Norms. Toxic masculinity adalah anggapan sempit terkait peran gender dan sifat laki-laki. Orang yang disebut toxic masculinity biasanya menganut paham bahwa kekerasan, agresif secara seksual, dan menutupi emosi (khususnya sedih dan tangis) adalah sifat wajib yang harus dimiliki pria untuk menjadi lelaki yang "seutuhnya". Pengertian yang sama juga diungkapkan oleh sebuah studi yang dimuat dalam Journal of School Psychology. Menurut studi tersebut, toxic masculinity diartikan sebagai kumpulan sifat maskulin dalam masyarakat yang ditujukan untuk mendorong adanya dominasi, kekerasan, merendahkan perempuan, hingga homofobia. Pengertian toxic masculinity memang sesuai dengan makna harfiahnya, yakni maskulinitas 'beracun'. Artinya, orang yang menunjukkan perilaku ini memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan standar maskulinitas pada diri seorang laki-laki. Ciri-ciri toxic masculinity yang umum diketahui, yaitu seperti punya pandangan bahwa laki-laki tidak seharusnya mengeluh dan menangis, cenderung bersikap kasar terhadap orang lain, dan sebagainya. Toxic masculinity yang tidak terkendali juga dapat memicu berbagai hal, seperti  bullying atau perundungan, trauma psikologis, dan sebagainya.

Cara yang mereka lakukan beragam, seperti menggunakan busana wanita saat konser, photoshoot, rekaman music video, dan mereka juga menggunakan busana wanita untuk pakaian sehari-hari mereka. Tidak hanya busana, Idol K-pop cowok juga memakai makeup untuk performa mereka setiap harinya. Mereka juga menjadi model dari brand makeup dan skincare yang biasanya dilakukan oleh wanita untuk menjadi modelnya. Seperti NCT 127 pada tahun 2020 sampai sekarang menjadi brand ambassador dari brand skin care Nature Republic.

Sumber : lifestyle kontan
Sumber : lifestyle kontan
Salah satu personil boyband Korea IMFACT, Ungjae, menanggapi bahwa ia merasa aneh tentang hal pengelompokkan kepunyaan pria dan wanita. "Warna pink untuk perempuan dan biru untuk laki-laki. Bukankah itu lucu? Siapa yang membuat aturannya?", kata Ungjae dalam sebuah wawancara. Yuta, salah satu personil boyband Korea NCT, mengungkapkan rasa tidak sukanya tentang memaksakan aktivitas pada anak berdasarkan gender. "Saya pikir itu akan membatasi potensi anak-anak Anda jika Anda membatasi pilihan mereka berdasarkan jenis kelamin dan menugaskan mereka ke peran itu. Kamu mungkin tahu apa yang baik untuk anakmu, tapi salah jika kamu berkata, 'Karena kamu laki-laki, kamu harus melakukan ini.'", jelas Yuta.
Sumber : MV Advice
Sumber : MV Advice
Taemin SHINee memakai baju crop top untuk MV Advice yang merupakan MV solo untuk album mini ketiga yang dirilis pada tanggal 18 mei 2021.

Sumber : lifestyle kontan
Sumber : lifestyle kontan
Kang Daniel mengenakan hoodie Crop Top hitam saat konser final Wanna One pada 27 Januari 2019.

Perubahan sosial ini menyebabkan adanya gaya hidup remaja masa kini yang terpengaruh oleh budaya K-Pop di Indonesia, dimana budaya K-Pop masuk melalui globalisasi sehingga mengakibatkan adanya perubahan sosial di masyarakat Indonesia. Para remaja ini mengikuti trend budaya Korea melalui media televisi dan media sosial, dimana hal tersebut menunjukan bahwa perkembangan teknologi mempunyai pengaruh dalam menyebarkan budaya ini.
Pengaruh demam K-Pop sangat berdampak pada kebudayaan lokal dimana para remaja semakin meninggalkan kebudayaan asli mereka, seperti budaya dangdut yang asli dari Indonesia tergantikan oleh budaya K-Pop. Selain mempengaruhi budaya lokal, budaya K-Pop ini mempengaruhi gaya berpakaian para remaja saat ini,yang dulunya berpakaian sopan kini mengalami perubahan yang begitu dominan dimana mereka menggunakan pakaian terlalu sexy seperti idola artis K-Pop mereka. Para remaja sekarang menjadikan Korean style sebagai salah satu referensi gaya berpakaian. Pada tahun 2012 fashion ala Korea mendominasi gaya berpakaian remaja Indonesia.

Juyeon The Boyz memakai High Heels untuk photoshoot Dazed Magazine Korea Agustus 2021

Sumber : Dazed Magazine Korea
Sumber : Dazed Magazine Korea
Jo Kwon 2AM Bertransformasi Jadi Wanita untuk Pemotretan 'Vogue'. Ia mengenakan sheer tube dengan aksen lace plus luaran vest, yang dipasangkan dengan celana bermuda berpotongan lebar. Ia juga mengenakan hosiery fishnet dan dilengkapi dengan ankle semi-boots platform stiletto untuk sepatunya.
Sumber : Vogue
Sumber : Vogue
G-Dragon dari BIGBANG adalah salah satu inspirasi besar bagi CHANEL. Ia sering mengenakan pakaian dari lini wanita mereka.

Sumber : allkpop
Sumber : allkpop
Berikut juga terdapat pendapat dari beberapa anak dari kalangan remaja mengenai K-Pop, Toxic Masculinity, dan busana:
"Setuju, karena mengingat kondisi di zaman sekarang maupun zaman dahulu, tidak semua kaum laki-laki itu terlahir dengan macho atau keras. Banyak juga yang diantaranya terlahir sebagai pribadi yang lembut dan kemayu. Para boyband K-Pop ini menggunakan status mereka yang terkenal untuk menghilangkan toxic masculinity yang ada."
"Setuju, karena toxic masculinity dapat mengganggu mental mereka yang memilikinya karena mereka mengira bahwa jika lelaki, maka tidak boleh mengeluarkan banyak perasaan yang bisa dipandang sebagai lemah atau feminin. Mereka menggunakan "kekuatan" sorotan publik untuk menghilangkan pembatas berbusana dengan mengenakan busana yang biasanya dikenakan oleh wanita."
"Fashion itu sebuah kecocokan dan keunikan masing-masing orang, jadinya sebenarnya kita itu bebas mau berpakaian seperti apa, yang perempuan bisa memakai pakaian pria dan pria juga bisa memakai pakaian perempuan."
"Selama hal tersebut tidak merugikan kalangan masyarakat lainya. Menurut saya boleh saja untuk dilakukan. Dan bila tidak mengganggu tatanan masyarakat yang lainnya saya setuju."

Berikut ini merupakan Perubahan Sosial yang dikaitkan dengan Toxic Masculinity :
Perubahan Sosial Berdasarkan Waktu Mengubah cara pandang maskulinitas dan menghadapi toxic masculinity membutuhkan waktu yang cukup panjang. Hal tersebut dikarenakan keduanya merupakan nilai budaya yang telah melekat pada diri masyarakat sejak dulu, akan cukup sulit jika diubah hanya dengan jentikan jari.


Perubahan Sosial Berdasarkan Pengaruh Konstruksi maskulinitas tradisional yang sudah meluas ini akhirnya mempengaruhi bagaimana pemuda laki-laki berpikir tentang sebagaimana lelaki itu dan dengan hadirnya budaya maskulinitas Korea, mereka menganggap hal tersebut tidak sesuai dengan pedoman mereka tentang laki-laki yang mengakibatkan penolakan budaya tersebut, sehingga perbedaan sifat maskulin tradisional dengan Soft Masculinity yang dipopulerkan oleh budaya Korea menimbulkan pertentangan. Soft Masculinity ini membawa sifat baru yang tidak ada di maskulin tradisional, hal ini membawa penganut sifat maskulin tradisional melakukan hal yang tidak baik dan menjurus ke Toxic Masculinity.

Perubahan Sosial Berdasarkan Arah Perkembangan
Seiring perkembangan nya dalam industri K-pop, para idola anggota boyband kerap kali diharuskan untuk tampil dengan konsep lucu dan imut dengan pakaian serba cerah, seperti warna pastel biru dan merah muda serta rambut warna-warni seperti gulali. Tidak jarang pula, para idola tersebut berpenampilan feminim dengan rambut panjang juga make up yang kemudian membuat mereka tidak kalah cantik atau bahkan seperti kaum perempuan

Perubahan Sosial Berdasarkan Sudut Pandang Masyarakat
Dalam masyarakat laki-laki selalu dituntut untuk menjadi pribadi yang mandiri, baik secara finansial maupun mental, dominan dalam sebuah komunitas maupun kelompok, stabil dalam segala aspek. Banyak oknum yang menghujat seseorang yang berkelamin laki-laki karena menyukai budaya Korea, karena berdasarkan yang mereka tahu bahwa lelaki yang menyukai budaya Korea itu seperti perempuan yang sifatnya lemah gemulai, bertingkah imut dan memakai makeup. Mereka tidak tahu bahwa hal tersebut ternyata masuk ke dalam kekerasan verbal terhadap laki laki yang biasanya disebut Toxic Masculinity, maka dari itu sudah bukan menjadi rahasia umum, jika menyebarkan budaya kpop di dalam masyarakat mendapatkan dua respon antara disukai atau dibenci.


Kesimpulannya adalah, para icon male K-Pop sedang menjalankan gerakan yang akan merevolusikan dunia dengan cara mengenakan busana layaknya wanita untuk memecahkan pembatas berbusana gender. Selain itu, menghapuskan toxic masculinity juga adalah salah satu tujuan mereka. Gerakan ini hanyalah awalnya, karena pastinya dengan sorotan publik yang besar, mereka dapat menyebarkan ide dan pemikiran berbusana bebas seperti mereka. Saran dari kami adalah untuk menerima peristiwa ini dengan pikiran yang terbuka untuk lebih fleksibel dan apresiatif terhadap perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan yang akan terjadi di masa depan kita bersama.

Penulis : Anthonio Bimo Raditya, Kalyanarga Rizal, Laurensius Marcellino, Marietta Nandya Putri Anindita, dan Rafael Immanuel Patangke.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun