G-Dragon dari BIGBANG adalah salah satu inspirasi besar bagi CHANEL. Ia sering mengenakan pakaian dari lini wanita mereka.
"Setuju, karena mengingat kondisi di zaman sekarang maupun zaman dahulu, tidak semua kaum laki-laki itu terlahir dengan macho atau keras. Banyak juga yang diantaranya terlahir sebagai pribadi yang lembut dan kemayu. Para boyband K-Pop ini menggunakan status mereka yang terkenal untuk menghilangkan toxic masculinity yang ada."
"Setuju, karena toxic masculinity dapat mengganggu mental mereka yang memilikinya karena mereka mengira bahwa jika lelaki, maka tidak boleh mengeluarkan banyak perasaan yang bisa dipandang sebagai lemah atau feminin. Mereka menggunakan "kekuatan" sorotan publik untuk menghilangkan pembatas berbusana dengan mengenakan busana yang biasanya dikenakan oleh wanita."
"Fashion itu sebuah kecocokan dan keunikan masing-masing orang, jadinya sebenarnya kita itu bebas mau berpakaian seperti apa, yang perempuan bisa memakai pakaian pria dan pria juga bisa memakai pakaian perempuan."
"Selama hal tersebut tidak merugikan kalangan masyarakat lainya. Menurut saya boleh saja untuk dilakukan. Dan bila tidak mengganggu tatanan masyarakat yang lainnya saya setuju."
Berikut ini merupakan Perubahan Sosial yang dikaitkan dengan Toxic Masculinity :
Perubahan Sosial Berdasarkan Waktu Mengubah cara pandang maskulinitas dan menghadapi toxic masculinity membutuhkan waktu yang cukup panjang. Hal tersebut dikarenakan keduanya merupakan nilai budaya yang telah melekat pada diri masyarakat sejak dulu, akan cukup sulit jika diubah hanya dengan jentikan jari.
Perubahan Sosial Berdasarkan Pengaruh Konstruksi maskulinitas tradisional yang sudah meluas ini akhirnya mempengaruhi bagaimana pemuda laki-laki berpikir tentang sebagaimana lelaki itu dan dengan hadirnya budaya maskulinitas Korea, mereka menganggap hal tersebut tidak sesuai dengan pedoman mereka tentang laki-laki yang mengakibatkan penolakan budaya tersebut, sehingga perbedaan sifat maskulin tradisional dengan Soft Masculinity yang dipopulerkan oleh budaya Korea menimbulkan pertentangan. Soft Masculinity ini membawa sifat baru yang tidak ada di maskulin tradisional, hal ini membawa penganut sifat maskulin tradisional melakukan hal yang tidak baik dan menjurus ke Toxic Masculinity.
Perubahan Sosial Berdasarkan Arah Perkembangan
Seiring perkembangan nya dalam industri K-pop, para idola anggota boyband kerap kali diharuskan untuk tampil dengan konsep lucu dan imut dengan pakaian serba cerah, seperti warna pastel biru dan merah muda serta rambut warna-warni seperti gulali. Tidak jarang pula, para idola tersebut berpenampilan feminim dengan rambut panjang juga make up yang kemudian membuat mereka tidak kalah cantik atau bahkan seperti kaum perempuan
Perubahan Sosial Berdasarkan Sudut Pandang Masyarakat
Dalam masyarakat laki-laki selalu dituntut untuk menjadi pribadi yang mandiri, baik secara finansial maupun mental, dominan dalam sebuah komunitas maupun kelompok, stabil dalam segala aspek. Banyak oknum yang menghujat seseorang yang berkelamin laki-laki karena menyukai budaya Korea, karena berdasarkan yang mereka tahu bahwa lelaki yang menyukai budaya Korea itu seperti perempuan yang sifatnya lemah gemulai, bertingkah imut dan memakai makeup. Mereka tidak tahu bahwa hal tersebut ternyata masuk ke dalam kekerasan verbal terhadap laki laki yang biasanya disebut Toxic Masculinity, maka dari itu sudah bukan menjadi rahasia umum, jika menyebarkan budaya kpop di dalam masyarakat mendapatkan dua respon antara disukai atau dibenci.
Kesimpulannya adalah, para icon male K-Pop sedang menjalankan gerakan yang akan merevolusikan dunia dengan cara mengenakan busana layaknya wanita untuk memecahkan pembatas berbusana gender. Selain itu, menghapuskan toxic masculinity juga adalah salah satu tujuan mereka. Gerakan ini hanyalah awalnya, karena pastinya dengan sorotan publik yang besar, mereka dapat menyebarkan ide dan pemikiran berbusana bebas seperti mereka. Saran dari kami adalah untuk menerima peristiwa ini dengan pikiran yang terbuka untuk lebih fleksibel dan apresiatif terhadap perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan yang akan terjadi di masa depan kita bersama.
Penulis : Anthonio Bimo Raditya, Kalyanarga Rizal, Laurensius Marcellino, Marietta Nandya Putri Anindita, dan Rafael Immanuel Patangke.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H