baru kali ini,
sepasang mata membawaku
ke danau fiksi
dengan tokoh-tokoh bunga melati
dan riang anak-anak kita
sepasang matamu membentuk rumah
tempat aku merebah penat dan lelah
atas terjal bebatuan kehidupan
bebatuan saling sikut yang dinamai kompetisi
atau mungkin kompetensi?
entahlah, tiap-tiap senyum seperti
tak lagi kebaikan dan keramahan
tetapi berisi curiga dan untung rugi
ketenanganku saat itu
tak pernah datang
selain dari sepasang matamu
yang menjelma cermin
tempat aku melihat isi semesta
"sepasang mata yang lugu
maukah kau menyapa
setiap pagiku?"
tapi itu tidak terjadi
hanya tersimpan dalam ingatan
dalam kotak keinginan-keinginan
yang kehilangan kunci
yang berlapis tekanan-tekanan masa depan
kita semua akan selalu asing
pada hal-hal yang telah usang
(Pete, Feb 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H