Mohon tunggu...
Abdurrahman Husni
Abdurrahman Husni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiat-Kiat Sukses Merubah Pola Kebiasaan Hidup ala Babah Ghofur

28 Maret 2023   17:35 Diperbarui: 28 Maret 2023   17:37 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babah Ghofur pernah ngendikan (berkata), "Selama empat puluh hari seseorang bisa merubah kebiasaannya".

Saat itu Babah Ghofur sedang menasihati santri-santrinya yang sudah mendekati kelulusan. Setiap sebelum hari kelulusan tradisi santri di sini adalah sowan kepada para Masyayikh, terutama kepada zurriyyah (keturunan-keturunan) Mbah Maimoen Zubair.

Bertepatan pada waktu itu, yang sowan kepada Babah Ghofur adalah santri MA Al-Anwar 2, putra-putri. Saat itu mereka sowan atau bermajlis di mushala Al-Anwar 3.

Pesan yang disampaikan Babah Ghofur saat itu adalah agar santri-santrinya ketika sudah pulang ke rumah masing-masing nanti tetap istikamah menjalankan ajaran-ajaran yang sudah diajarkan di pondok pesantren. Ilmu yang sudah didapatkan agar selalu diamalkan. Baik untuk pegangan diri sendiri atau untuk disebarkan kepada khalayak luas. Babah Ghofur ngendikan, karena gak semua yang pulang dari sini menjadi ustaz semuanya. Ada yang jadi pedagang, ada yang bertani, ada yang buka usaha, macem-macem.

Selanjutnya Babah Ghofur bercerita perihal keramatnya angka empat puluh dalam dunia pesantren. Babah menuturkan bahwasanya di balik angka tersebut ada banyak cerita. Nabi Musa 'Alayhi al-Salam dipanggil Allah dan berbicara dengan Allah selama empat puluh hari. Selanjutnya Nabi Muhammad alla Allahu 'Alayhi wa Sallam selalu menganalogikan sesuatu dengan angka empat puluh. Misalnya ketika Nabi memberikan gambaran pahala bagi orang yang yang melaksanakan salat berjamaah selama empat puluh hari berturut-turut. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi (241).

: : : " :

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda: "Barangsiapa yang salat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah dengan mendapatkan takbir yang pertama akan dicatat baginya dua pembebasan, pembebasan dari api neraka dan pembebasan dari nifak (sifat munafik)".

Itu mengapa angka empat puluh menjadi angka keramat di kalangan santri-santri.

Babah Ghofur membuat skema kiat-kiat sukses merubah kebiasaan pola hidup cukup dengan empat puluh hari.

Hal apa saja yang harus dilakukan?

Bisikkan hal baik ke dalam diri

Misalnya, "Saya ini akan menjadi orang hebat". Maka bisikan itu akan menjadi sugesti bagi diri kita. Akibatnya kita akan mulai melakukan hal-hal yang merujuk kita menjadi orang hebat, seperti membaca buku, belajar, mengulang pelajaran dan lain-lain. Hal ini berjalan secara alamiah. Sadar atau tidak sadar kita akan melakukan hal-hal yang menuju kita menjadi orang hebat. Itu karena diri kita sudah tersugesti sejak awal.

Orang itu terlahir sama rata. Mereka dibekali dengan akal pikiran dan juga hati. Tapi kenapa di kemudian hari, kapasitas pengetahuan mereka berbeda-beda? Itu karena mereka tidak memaksimalkan bekal yang sudah diberikan Allah SWT.

Maka dari itu, untuk memunculkan rasa kemauan untuk lebih maju, lebih bermartabat, bermanfaat, harus adanya dorongan yang datangnya dari diri kita sendiri. Bisikkan hal-hal baik ke dalam dirimu. Aku ingin jadi orang sukses. Aku ingin jadi orang kaya. Aku ingin jadi presiden. Sesuatu yang kamu bisikkan ke dalam diri itu yang nantinya akan menjadi keyakinan.

Allah SWT berfirman:

Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra'd [13]: 11).

Lakukan apa saja sesuai keyakinan kamu

Maksudnya adalah kita melakukan hal sesuai denga napa yang kita Yakini. Artinya jika menurut kita itu adalah sebuah kebaikan, maka lakukanlah. Tidak perlu emndengar cibiran orang tentang kita. Selama kita benar, tenang saja.

Jangan ikut-ikutan orang lain. Kita yang harus menjadi contoh kebaikan untuk orang banyak. Jangan menunda-nunda kebaikan.

Tapi, jika keyakinan kamu itu salah dan dikritik banyak orang, maka harus ada yang diintrospeksi dari diri kamu. Jangan sekali-kali mencoba mempertahankan keyakinan kamu jika itu jelas salah.

Kalau seseorang sudah terbiasa melakukan hal selama 40 hari, maka seterusnya ketika tidak melakukan hal itu satu kali saja rasanya seperti ada yang tertinggal. Ia akan merasa seperti bukan dirinya. Maka dari itu ketika melakukan sesuatu sudah bukan lagi karena paksaan, tapi sudah karena kebiasaan yang melekat.

Jika kedua hal itu sudah kamu lakukan, maka tetap dalam pendirianmu itu selama empat puluh hari. Karena dengan empat puluh hari, hal tersebut akan menjadi kebiasaan.

Kapan hal itu dinamakan sebuah kebiasaan? Selama kamu merasa hal itu sudah melekat dalam diri kamu. Sudah mendarah daging. Artinya, ketika kamu tidak melewatkan hal itu satu hari saja, maka harimu seperti ada yang kurang. Seperti ada yang tertinggal di hari kamu itu. Itulah yang dinamakan kebiasaan. Maka selanjutnya kebiasaan itulah yang nantinya akan menjadi takdir seseorang.

Takdir itu tidak jauh-jauh dari kebiasaan seseorang. Jika kebiasaannya adalah belajar, membaca buku, mengulang pelajaran, maka takdirnya ya yang dekat-dekat dengan hal itu. Menjadi guru misalnya, atau menjadi dosen, dan lain-lain. Jadi lakukanlah kebiasaan-kebiasaan baik mulai dari sekarang. Kalau gak dari sekarang mau kapan lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun