Misalnya, "Saya ini akan menjadi orang hebat". Maka bisikan itu akan menjadi sugesti bagi diri kita. Akibatnya kita akan mulai melakukan hal-hal yang merujuk kita menjadi orang hebat, seperti membaca buku, belajar, mengulang pelajaran dan lain-lain. Hal ini berjalan secara alamiah. Sadar atau tidak sadar kita akan melakukan hal-hal yang menuju kita menjadi orang hebat. Itu karena diri kita sudah tersugesti sejak awal.
Orang itu terlahir sama rata. Mereka dibekali dengan akal pikiran dan juga hati. Tapi kenapa di kemudian hari, kapasitas pengetahuan mereka berbeda-beda? Itu karena mereka tidak memaksimalkan bekal yang sudah diberikan Allah SWT.
Maka dari itu, untuk memunculkan rasa kemauan untuk lebih maju, lebih bermartabat, bermanfaat, harus adanya dorongan yang datangnya dari diri kita sendiri. Bisikkan hal-hal baik ke dalam dirimu. Aku ingin jadi orang sukses. Aku ingin jadi orang kaya. Aku ingin jadi presiden. Sesuatu yang kamu bisikkan ke dalam diri itu yang nantinya akan menjadi keyakinan.
Allah SWT berfirman:
Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra'd [13]: 11).
Lakukan apa saja sesuai keyakinan kamu
Maksudnya adalah kita melakukan hal sesuai denga napa yang kita Yakini. Artinya jika menurut kita itu adalah sebuah kebaikan, maka lakukanlah. Tidak perlu emndengar cibiran orang tentang kita. Selama kita benar, tenang saja.
Jangan ikut-ikutan orang lain. Kita yang harus menjadi contoh kebaikan untuk orang banyak. Jangan menunda-nunda kebaikan.
Tapi, jika keyakinan kamu itu salah dan dikritik banyak orang, maka harus ada yang diintrospeksi dari diri kamu. Jangan sekali-kali mencoba mempertahankan keyakinan kamu jika itu jelas salah.
Kalau seseorang sudah terbiasa melakukan hal selama 40 hari, maka seterusnya ketika tidak melakukan hal itu satu kali saja rasanya seperti ada yang tertinggal. Ia akan merasa seperti bukan dirinya. Maka dari itu ketika melakukan sesuatu sudah bukan lagi karena paksaan, tapi sudah karena kebiasaan yang melekat.
Jika kedua hal itu sudah kamu lakukan, maka tetap dalam pendirianmu itu selama empat puluh hari. Karena dengan empat puluh hari, hal tersebut akan menjadi kebiasaan.