Hal ini tidak luput dari ketidaktahuan orang luar Yogyakarta tentang Bakmi Jawa ini, sehingga anak-anak tersebut lebih memilih makanan pada umumnya seperti nasi goreng, bakso, dan mie ayam.
Ternyata, Pak Somad tidak memiliki bumbu rahasia, ia lebih menekankan cara memasak yang benar terhadap bakmi. Karena berbeda cara masak maka berbeda rasa. Ia hanya mencampurkan bahan-bahan umum seperti batang daun seledri, batang daun bawang, lembar kubis, bawang merah, bawang putih, kemiri, merica bubuk, garam, kaldu ayam, dan bawang goreng.
Siapa sangka? Ternyata, setiap penjual bakmi mengambil mienya di pabrik yang sama, baik itu dari Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang.
"Berarti Mienya buat sendiri atau beli pak? buk?" tanya Hafis kepada Pak Somad beserta Istri.
"Pabrik, jadi satu Jogja itu ya 1 pabrik bakminya," jawab Istri Pak Somad.
"Satu Jogja, Surabaya, Semarang, itu satu pabrik mas. Kalau di Surabaya itu ambilnya 3 hari sekali, jadi pabriknya itu cuma 1 mas, jadi setiap penjual Bakmi Jawa ambilnya itu yang di Pabrik itu mas," sambung Pak Somad.
Bakmi Jawa Gunung Kidul ini buka mulai dari jam 4 sore sampai dengan jam 1 dini hari. Biasanya pelanggan mulai ramai di waktu sore dan jam 9 malam keatas. Hal ini dikarenakan pelanggan pulang kerja dan pulang sekolah, kemudian singgah ke Bakmi Jawa Gunung Kidul. Ternyata, pada tanggal 14 Juni pelanggan sedang sepi dikarenakan anak sekolah yang sedang melaksanakan ujian, kelulusan dan lain sebagainya.
"Berarti anak-anak banyak juga yang beli ya buk?" tanya Hafis.
"Karena ini kan dekat hotel mas, jadi berpengaruh untuk ramainya pelanggan, jadi anak-anak yang study tour, liburan, dan lain sebagainya, keluar sebentar untuk beli Bakmi Jawa ini mas," jawab Istri Pak Somad.