Ternyata, Bakmi Jawa ini merupakan warisan dari orang tua Pak Somad. Kedai yang berada di Pasar Potorono, Wonosari, menjual mie ayam, sedangkan untuk kedai yang berada di Jalan Raya Solo diambil alih oleh Pak Somad untuk menjual Bakmi Jawa. Karena menurutnya, penjualan mie ayam tidak begitu laris, sehingga Pak Somad lebih memilih berjualan Bakmi Jawa.Â
Hal ini juga dikarenakan keluarga dari Pak Somad dan istri memiliki latar belakang sebagai pedagang, sehingga tidak heran jika Pak Somad dan keluarganya mahir dalam berdagang seperti jualan bakso, mie ayam, dan bakmi.
Hal lain kenapa Pak Somad lebih memilih Bakmi sebagai jualannya. Ternyata, bukan karena ramai atau tidaknya pelanggan, tetapi soal kemahiran dalam memasak bakmi.
"Dari banyaknya jenis jualan umkm, kenapa memilih bakmi pak? Apakah pasarnya lebih banyak?" tanya Hafis kepada Pak Somad.
"Sebenarnya bukan masalah ramai atau enggaknya pelanggan mas, tetapi tentang tangan (kemahiran dalam memasak bakmi), karena bakat saya di sini. Soalnya kalau mie ayam saya kurang mahir," jelas Pak Somad sambil memasak Bakmi Jawa.
"Berarti berpengaruh ya pak? Dari ketelatenan (kemahiran) memasak bakminya?" Hafis kembali bertanya kepada Pak Somad.
"Iya bener mas, bakatnya di situ," jawab Pak Somad.
Bakmi Jawa Gunung Kidul sendiri memiliki menu yang bervariasi, seperti Bakmi Goreng, Bakmi Godok, Nasi Goreng, Nasi Godok, Rica-Rica, dan Magelangan. Harga Bakmi di Bakmi Jawa Gunung Kidul ini adalah 17 ribu per item/menu.Â
Jika pelanggan ini membeli Rica-Rica, maka harus menyediakan uang sebanyak 20 ribu untuk bisa membeli Rica-Rica tersebut. Jika pelanggan ingin tambahan atau topping lainnya makan harus menambah uang sebanyak 8 ribu. Tambahan tersebut meliput sayap, kepala ayam, dan lain sebagainya.
Bakmi merupakan makanan rekomendasi yang ada pada kedai ini, tetapi nasi goreng tidak kalah ramainya pembeli, terkhususnya anak-anak. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak yang melaksanakan study tour ke Jogja dan membeli Nasi Goreng di kedai ini.Â