Namun, masa itu sudah dilewati oleh Ernest Prakasa, ia menganggap hal ini sebagai pembelajaran. Ernest kini bisa mengatur emosinya dan bagaimana membuat suasana lokasi shooting menjadi seru. Dari pelajaran ini kini Ernest mendapat point penting tentang bekerja sama dengan crew yang sefrekuensi dan percaya dengan ide kreatif Ernest.
"Gue mungkin bukan yang terbaik, gue mungkin bukan yang paling paham atau estetik, tapi mereka percaya sama gua itu yang terpenting" Jelas Ernest dalam podcast Raditya Dika.
Hingga pada akhirnya, setelah Ernest melewati perjalanan yang panjang dalam dunia film membuat Ernest menjadi seseorang yang matang, dewasa, tenang, dan pandai dalam mengelola emosi. Didunia film Ernest ditempah untuk lebih mudah mencari solusi dalam problem yang ada dalam film.
Pada saat ia menjadi seorang produser. Karakter yang tenang dan dewasa ini diaplikasikan Ernest pada saat menjadi produser dalam film "Ngeri-Ngeri Sedap" yang disutradarai oleh Bene Dion dan Film istrinya yang akan segera di produksi.
"Setiap kali gue debat sama Bene tentang karakter, jawaban Bene hanya kalimat template, orang Batak memang gitu bang" Jelas Ernest dalam podcast Raditya Dika.
"Kayak contoh, Kan bapaknya diakhir minta maaf ke lolox sebagai anaknya, minta maafnya itu, inikan ending film dit, minta maafnya tetap dingin, gak yang rangkul kah, gue sebagai resolusi kok minta maafnya gitu doang? Dari perspektif gue yang sangat klise dan mungkin template gue merasa rekonsiliasi itu harus sangat hangat" Jelas Ernest saat berdebat dengan Bene.
Ernest ingin membuat scene itu menjadi hangat tetapi Bene tetap ingin mengemas ending tersebut menjadi dingin dengan jawaban "gabisa bang orang batak memang kayak gitu". Pada saat itu, Ernest tidak bisa berkata apa-apa.
Kejadian lagi pada produksi film yang akan digarap oleh Meira dan Ernest menjadi produser pada film ini. Film ini menceritakan tentang rasa kecintaan Meira terhadap Drama Korea.
"... Beberapa perdebatan gua dengan dia, jawabannya ya dejavu kayak gitu, drakor emang gitu..." Jelas Ernest.
Pada saat itu ada beberapa treatment yang menurut Ernest masih bisa didiskusikan. Tetapi, Meira tetap konsisten dengan soul dan taste naskah filmnya yang bernuansa drama korea. Ernest kemudian percaya dengan Meira.