Terakhir yakni koalisi gabungan partai Golkar (85 kursi) dan PAN (44 kursi) dimana sebelumnya juga PPP membentuk KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), dengan hanya dua partai, KIB kini masih total 129 kursi atau 22,4%. Sudah jelas PPP keluar dari KIB bergabung mengusung GP. Secara wacana awalnya kuat AH (Airlangga Hartarto) sebagai Capres, PAN kuat membawa ETo (Erick Thohir) sebagai Cawapres, kemudian Muhadjir Effendy didengungkan belakangan untuk diusung Cawapres PAN.
KIB dimana tersisa Golkar dan PAN mau diakui atau tidak adalah koalisi yang labil dan terus terang bisa dinilai koalisi rapuh yang akan bubar. Sebab dalam jajak pendapat tokoh yang muncul dari koalisi ini hanya ETo, itupun sebagai Cawapres. AH sebagai partai pemimpin partai terkuat di koalisi ini, yakni 85 kursi Golkar tidak masuk sama sekali dalam jajak pendapat di 5 (lima) besar sekalipun.
Belakangan PAN terkesan mulai goyah, dan sinyal seperti akan keluar dari KIB mengikuti PPP. Keberanian dari ketakutan PAN mulai menjajaki koalisi baru dengan KIR dan GCIM. PAN dalam bayang-bayang Partai Ummat yang secara segmentasi sama, dimana Amien Rais pentolan Partai Ummat adalah salah satu pendiri PAN. Tidak heran PAN penuh manuver, salah satu manuver yang menonjol, menarik dan mengusung banyak artis dan mantan aktivis untuk maju sebagai calon legislatif.
Sedangkan Golkar bisa dikatakan partai yang tidak banyak gerak, lebih tidak keliatan kalau tidak mau dikatakan tenggelam dalam wacana Capres-Cawapres. Walaupun PPP sudah jelas keluar dari KIB dan bergabung dengan GCIM, PAN terlihat sekali ketakutan akan tergantikan oleh Partai Ummat.Â
Dimana trauma PAN kalah dua kali dalam mengusung Presiden dalam Pemilu, sangat kentara kegelisahan elit PAN tidak dapat cocktail effect atau efek ekor jas dari Kandidat Pilpres dan benar-benar terpental dari parlemen. Golkar tetap terkesan tenang dengan kegelisahan dua partai koalisinya. Walaupun belakangan Dewan Pakar Golkar mulai ada riak-riak, bagaimana nasib Golkar di percaturan Pilpres?
Segmentasi pemilih kedua partai ini, yakni Golkar dan PAN sama-sama konservatif. Keduanya kuat sebab elit-elitnya adalah tokoh-tokoh lokal yang menonjol dan punya pengaruh besar serta ikatan yang kuat di daerah masing-masing. Mungkin ini yang menyebabkan kedua partai ini terkesan bingung menentukan pasangan Capres-Cawapres, sebab kebanyakan tokoh-tokoh kuat, walaupun kekuatan tersebut di tingkat lokal atau di kelompoknya, pengaruh dan ikatan tersebut. Jadi jangan heran perolehan suara dan kursi kedua partai ini stabil.
Akan tetapi secara koalisi KIR, GCIM, serta KPP, adalah poros yang stabil dan dapat dipastikan mendaftarkan Capres usungannya, walaupun belum satu pun koalisi menetapkan Cawapres, walaupun juga kita sudah tahu sedikit rahasia siapa-siapa Cawapres ketiga koalisi gabungan partai tersebut (KIR, GCIM, KPP), kepastian koalisi tersebut masalah waktu kalau hanya tentang Cawapres. Lalu bagaimana KIB, tersisa Golkar dan PAN yang cukup kuat dengan 22,4% menjaga kestabilan koalisi?
Mari lihat kembali kekuatan 'Presidential Threshold' dari empat koalisi;
1. KPP 28,3% (163 kursi), Nasdem, Demokrat, PKS.
2. KIR 23,7% (136 kursi), Gerindra, PKB.
3. GCIM 25,6% (147 kursi), PDI-P, PPP.