Sebagai cara menghukum partai jika tidak mampu memenuhi kebutuhan politik yakni yang idiil/IPM (rasa aman pergaulan hidup) dan materiil/PDB (ketenangan ingin hajat hidup). Jadi wajar jika ditinggalkan dan jangan salahkan rakyat menjatuhkan pilihan atau memilih wakilnya dari partai lain, tapi masalahnya banyak partai masa yang tidak mau tahu pemerintahan baik atau tidak pokoknya pilihannya iya partai itu-itu saja.
Iya di negara ini, yang stabil dibawah 10% suara nasional adalah partai masa. Tapi partai yang tidak berbasis masa memang sering tumbuh dan hilang, tapi saya rasa partai berbasis kader mampu bertahan diatas 20% dan mampu melipatgandakan diatas 30% lebih suara dan kursi nasionalnya.
Masalahnya, ada berapa partai yang berbasis kader di Indonesia. Kata seorang pakar, 20% partai Indonesia berbasis masa, 30% berbasis kader, sedangkan 50% berbasis elit kepentingan secara tidak langsung, yang hanya ingin menguasai sumber daya Indonesia.
Tapi, semakin tinggi kesadaran masyarakat akan kebutuhan politiknya maka partai kader akan semakin tinggi perolehan suara dan kursi nasionalnya, kesadaran ini adalah poin penting kenapa harus menekankan sosialisasi politik. Jika ini tidak disadari oleh partai kader atau yang berbasis masa maka itu akan jadi peluang partai-partai baru menggantikannya, atau akan terus dikuasai oleh segelintir elit yang hanya ingin menguasai sumber daya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H