Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Minat Baca Buku yang Rendah dan "Spirit Renaissance"

31 Agustus 2017   12:53 Diperbarui: 2 September 2017   11:55 2894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Linkedin.

Mereka merasa masih bodoh dan masih terus belajar menggali ilmu tanpa batas. Karena mereka sudah terbiasa dengan rutinitas tersebut dan rutinitas "berteman dengan buku" sudah berlangsung dari sejak 600 tahun silam sejak Rennaissance merambah dunia barat. Perbedaan mendasar ratusan tahun antara SDM negara kolonial dan SDM negara yang terjajah. Bahkan sampai sekarang pun perbedaan itu masih ada, dalam cara memandang, menghargai, serta memaknai hakekat ilmu pengetahuan dan hasil karya orang lain.

Harap dimengerti bahwa Revolusi mental dan pemikiran sejak era Rennaissance tidak semuanya positif dan cocok untuk masyarakat dan budaya timur yang agamis. Rennaissance juga membawa sisi negatif yakni meneguhkan paham ateisme berdasarkan evolusi darwinisme dan science, banyak ilmuwan-ilmuwan dan filsafat berorientasi pada Atheism-Based Logic (logika ilmu berdasarkan ideologi bahwa science menegaskan tidak ada campur tangan Tuhan), paham sekulerisme, liberalisme, dan kebebasan yang kebablasan tanpa mengenal Tuhan. Dari 100% ilmu pengetahuan yang ada di Periode Rennaissance, hampir 30% negatif dan tidak bisa dijadikan landasan berpikir bagi masyarakat timur. 

Sisanya, dapat kita ambil sisi baiknya. Ingat, bahwa satu syarat seseorang sudah mengalami Revolusi Mental dan Pemikiran adalah dia "selalu haus" akan ilmu pengetahuan, menghargai karya orang lain (sesuatu yang jarang ada di negara berkembang), menghargai orang lain (terutama di jalan raya), budaya tertib, dan senang dengan buku. 

Apalagi ditambah dengan ilmu wawasan spiritual dan agama yang tinggi, lengkaplah ia menjadi orang yang berevolusi baik secara mental, ilmu, dan spiritual bahkan mengalahkan revolusi pemikiran barat. Itulah sebenarnya esensi Spirit Rennaissance (Semangat Rennaissance) sejati. Sesuatu yang tidak ada dalam budaya masyarakat Indonesia dan masyarakat di negara berkembang pada umumnya yang tidak tertarik bacaan, ilmu, dan science. 

Spirit Rennaissance adalah suatu semangat dan hasrat terpendam yang dimiliki seseorang yang haus akan wawasan dan ilmu pengetahuan, seseorang yang mengalami revolusi mental dan pemikiran seperti itu tidak akan pernah merasa kesepian dan bosan bahkan jika ia berada sendirian di sebuah ruangan, dengan hanya satu buku yang dapat mencerahkan pemikirannya. 

Karena dengan satu buku itu, pemikiran dia akan terbang jauh luas melintasi cakrawala bahkan walaupun fisiknya terkurung di satu ruangan. Ia senang mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru yang belum pernah ia dapat sebelumnya, spirit Revolusi Mental dan Pemikiran sejati. Uang tidak membuat dia bahagia selamanya, tapi dengan sedikit ilmu, ia merasa ia dapat menggenggam dunia ini. Itulah esensi pencarian ilmu sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun