Layaknya masyarakat agraris di daerah lain, warga Dukuh Pundung juga menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan semangat gotong royong. Fakta ini dibuktikan ketika musim panen tiba, masyarakat Dukuh Pundung secara bersama-sama memanen hasil pertanian mereka. Selain itu, jika ditilik dari sisi kehidupan beragama, nilai kebersamaan nampak pada kegiatan pengajian dan yasinan yang rutin dilaksanakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dukuh Pundung merupakan wilayah agraris dengan masyarakatnya yang agamis sosialis namun masih memegang teguh adat istiadat lokal
Kampus Terpadu UNISA Mempengaruhi Ekonomi Warga Dukuh Pundung
Selain oksigen, manusia juga butuh makan, tempat tinggal, dan sandang untuk menjalani kehidupan. Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak dapat hidup sendiri, ia membutuhkan peran orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa, mereka membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan perkuliahannya. Terlebih lagi kebanyakan mahasiswa merupakan perantau, sehingga tingkat ketergantungan mereka terhadap orang lain lebih tinggi daripada warga lokal.
Nampaknya, warga Dukuh Pundung menyikapi ‘ketergantungan’ mahasiswa UNISA dengan baik. Warga Dukuh Pundung banyak membuka rumah makan, toko kelontong, toko alat tulis, dan menyewakan kamar-kamar kost. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis, setidaknya terdapat sembilan toko kelontong, tujuh toko alat tulis, delapan rumah makan, dan tujuh belas kost yang terdapat di Dukuh Pundung. Untuk persebarannya, kebanyakan toko berada di Jalan Pundung, sementara untuk kost letaknya masuk ke pemukiman.Â
Hampir semua responden menyatakan, bahwa kebanyakan konsumen dan sumber pendapatan mereka adalah mahasiswa UNISA. Hal ini dapat dibuktikan ketika pandemi Covid-19 melanda dan kegiatan perkuliahan offline diberhentikan, para pemilik usaha ini mengaku omzet mereka turun drastis, bahkan membuat sebagiannya gulung tikar. Itu berarti, bahwa keberadaan Kampus Terpadu UNISA melalui mahasiswa-mahasiswanya memiliki kontribusi terhadap ekonomi warga sekitar khususnya warga Dukuh Pundung.
Mahasiswa-mahasiswa UNISA di Dukuh Pundung menjadi pemacu perkembangan ekonomi yang pesat. Pasalnya, rata-rata mahasiswa UNISA merupakan perantau, mahasiswa-mahasiswa tersebut mendapatkan uang dari kiriman orang tua atau keluarga mereka di daerah yang kemudian mereka belanjakan untuk berbagai kebutuhan di Dukuh Pundung. Kondisi tersebut membuat Dukuh Pundung menerima banyak aliran uang dari luar yang berputar menggerakkan roda perekonomian di daerah tersebut.
Dengan pola ekonomi yang seperti ini, bukan tidak mungkin warga Dukuh Pundung akan berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat bisnis dan penyedia jasa. Mengingat penghasilan yang diperoleh dari kegiatan bisnis dan jasa lebih pasti dan menguntungkan, daripada sektor pertanian yang fluktuatif dan rentan terpengaruh oleh berbagai faktor seperti kenaikan harga pupuk ; jatuhnya harga komoditas saat panen raya ; dan cuaca yang tak mendukung.
Referensi :
1. Santoso. 2018. Esensi Manusia Sebagai Makhluk Sosial. Palembang : IAIN Raden Fatah. https://adab.radenfatah.ac.id/main/index.php/2018/07/28/esensi-manusia-sebagai-makhluk-sosial/Â
2. Rofiqi, A., dkk. 2022. Peran Bisnis Pertanian Dalam Perekonomian Indonesia. https://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/sahmiyya/article/download/5396/2392/
3. http://repository.president.ac.id/bitstream/handle/123456789/3531/343-809-1-PB.pdf?sequence=1&isAllowed=y#:~:text=Masyarakat%20agraris%20adalah%20sebuah%20masyarakat,suatu%20bangsa%20dalam%20budaya%20pertanian. diakses pada 20 Januari 2023