Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada. Buku Solo: 1. Di Bawah Renungan Al-Qur'an (2017). 2. The Good Muslim: Menjadi Muslim Berjiwa Kuat, Berakhlak Dahsyat, Berpribadi Hebat, dan Hidup Bermanfaat (2024). Buku Antologi: 1. IMM di Era Disrupsi: Membaca Kecenderungan Baru Gerakan (2022). 2. Kembali Berjuang (2023). 3. Mumpung Masih Muda: Spesial Quotes About Youth (2023).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

7 Buah Keimanan kepada Allah

27 Januari 2025   08:34 Diperbarui: 27 Januari 2025   09:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tak bisa membayangkan bagaimana hidup kita jika tanpa iman. Hidup orang beriman akan lebih terarah, sebab mereka tahu ke mana orientasi kehidupan itu. Oleh sebab itu, iman yang mengakar kuat dalam diri seseorang akan membuahkan kebajikan dan hikmah bagi dirinya. Menurut Prof Muhammad Chirzin dalam buku Konsep dan Hikmah Akidah Islam, di antara buah keimanan kepada Allah SWT adalah sebagai berikut:

Pertama, Membebaskan Diri dari Penguasaan Orang Lain

Siapa pun, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan maupun bencana, melainkan Allah. Siapa pun, tidak ada yang mampu mempengaruhi dan menghalangi kehendak Allah. Sebagai Mukmin, kita meyakini bahwa Allah sajalah yang berkuasa menjamin keamanan dan mendatangkan bahaya. Sebagaimana Allah berfirman:

"Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim. Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Hud/ 11: 106-107)

Menurut Prof Muhammad Chirzin, orang yang merdeka dari pengaruh dan penguasaan orang lain akan memiliki keleluasaan menentukan sikap hidupnya. Sepenuhnya ia akan menyandarkannya hanya kepada Allah dalam upayanya meraih kebaikan, kemajuan, dan kebahagiaan. Dengan demikian, orang yang beriman tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain dalam meraih cita-cita hidupnya. Mereka tidak terikat dengan makhluk dan materi. Mereka yakin, pertolongan Allah selalu ada untuknya.

Kedua, Membesarkan Hati dan Menumbuhkan Keberanian

Orang Mukmin berani dalam menegakkan kebenaran dan menjunjung tinggi kalimat Allah. Apabila ia mati dalam perjuangan itu, maka ia yakin akan mendapatkan keridaan Allah. Ia meyakini pula bahwa hidup dan mati dalam genggaman Allah. Oleh sebab itu, kokohnya iman dapat menumbuhkan keberanian dan kebesaran hati.

Orang beriman meyakini bahwa hidup dan matinya hanya dalam genggaman Allah. Seseorang akan mati jika Allah telah menghendaki dengan sebab-sebab yang diketahui Allah saja. Orang beriman meyakini bahwa kematian adalah keniscayaan dan tak bisa dielakkan. Sebagaimana Allah berfirman:

"Katakanlah: ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. Al-Jumu’ah/ 62: 8)

Barangkali kita pernah mendengar bahwa banyak orang yang lepas dari cengkeraman maut pada saat mereka berada di tengah-tengah arena pertempuran. Demikian juga sebaliknya, sering kita mendengar bahwa orang menemui ajalnya ketika sedang bersenang-senang atau bahkan tiduran di atas ranjang. Allah berfirman:

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun/ 63: 11)

Ketiga, Menenangkan Hati dan Menenteramkan Jiwa 

Orang beriman tidak takut, khawatir, dan cemas dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Sebab, keimanan yang tertanam dalam jiwanya dapat menenangkan hati dan menenteramkan jiwanya. Dengan demikian, iman kepada Allah menutup segala pintu ketakutan. Sebagaimana Allah berfirman:

"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang yang beriman supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath/ 48: 4)

Orang beriman yakin bahwa rezeki itu ada pada Allah Yang Maha Kaya. Oleh sebab itu, mereka tidak khawatir kekurangan rezeki. Sebab, mereka sadar bahwa rezekinya sudah dijamin oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman:

"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (QS. Adz-Dzariyat/ 51: 22-23)

Keempat, Menumbuhkan Harapan dan Optimisme 

Tidak ada kata menyerah, pesimis, dan putus asa dalam kamus orang-orang yang beriman. Iman kepada Allah dapat menumbuhkan pengharapan dan sikap optimisme. Pengharapan adalah suatu kekuatan yang membukakan hati dan menggerakkan seseorang untuk bekerja dan berkarya. Optimisme dapat menumbuhkan keyakinan diri seseorang untuk terus melangkah dalam menggapai tujuan.

Orang beriman meyakini bahwa rahmat dan pertolongan Allah akan datang setiap saat, dalam setiap perjuangan dan usaha. Orang beriman percaya bahwa masa itu selalu berubah. Sesudah kelemahan akan timbul kekuatan, sesudah kesulitan akan datang kemudahan. Sebagaimana Allah berfirman:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh/ 94: 5-6)

Kelima, Menumbuhkan Perasaan Harga Diri

Perasaan harga diri mencegah setiap Mukmin melakukan praktik hidup rendah di bawah kekuasaan hawa nafsu dan pengaruh kebendaan. Perasaan harga diri tumbuh dan bertambah kuat dalam jiwa orang beriman, karena ia tahu dan yakin akan perlindungan dan pertolongan Allah serta bimbingan yang selalu meliputinya.

Orang beriman memperoleh tambahan kemuliaan sebagai orang yang terpilih yang dilahirkan untuk kebaikan umat manusia. Sebagaimana Allah berfirman:

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali-‘Imran/ 3: 110)

Keenam, Memelihara Kebersihan Diri dan Mempertinggi Nilai-nilai Moril

Orang beriman senantiasa merasa bahwa dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah. Oleh sebab itu, ia sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam bertindak. Ia tidak mau tindak tanduknya justru menyebabkan ia celaka di kemudian hari.

Dengan demikian, hati nuraninya menjadi hidup dan perasaannya menjadi halus dan suci. Karena itu pulalah ia mempunyai pandangan jauh ke depan. Ia menilai kebaikan dan kebahagiaan hidup dari sudut moral dan akhlak yang luhur, tidak dengan ukuran material dan keduniawian.

Ketujuh, Menimbulkan Rasa Dekat dengan Allah

Orang beriman meyakini bahwa Allah senantiasa dekat. Allah selalu bersamanya kapan pun dan di mana pun ia berada. Karena Allah sangat dekat, maka ia merasakan hubungan yang erat dengan Allah. Karena itu pula ia tidak pernah luput untuk berzikir setiap waktu, dengan menjalankan salat dan berdoa kepada-Nya. Allah berfirman:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah/ 2: 186)

Itulah di antara buah keimanan kita kepada Allah. Tujuh poin dari buah keimanan kita kepada Allah di atas dapat menjadi tolok ukur bagi kita untuk mengukur seberapa dalam tingkat keimanan kita kepada Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun