Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada. Buku Solo: 1. Di Bawah Renungan Al-Qur'an (2017). 2. The Good Muslim: Menjadi Muslim Berjiwa Kuat, Berakhlak Dahsyat, Berpribadi Hebat, dan Hidup Bermanfaat (2024). Buku Antologi: 1. IMM di Era Disrupsi: Membaca Kecenderungan Baru Gerakan (2022). 2. Kembali Berjuang (2023). 3. Mumpung Masih Muda: Spesial Quotes About Youth (2023).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tadabur QS. Al-Fatihah Ayat 6: Menyingkap Makna Ihdina al-Shirath al-Mustaqim

20 Januari 2025   06:35 Diperbarui: 20 Januari 2025   06:32 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabi Muhammad SAW juga pernah mengilustrasikan al-shirāth al-mustaqīm itu. Al-shirāth al-mustaqīm itu adalah suatu jalan yang lurus. Pada dua sisi jalan itu dibatasi dengan tembok yang tinggi. Di setiap tembok itu terdapat pintu-pintu yang terbuka tapi ada penutupnya seperti gordin. 

Sementara di ujung jalan yang lurus itu ada satu orang berdiri seraya berseru: “Wahai sekalian manusia! Masuklah ke dalam shirāth ini semuanya, janganlah kalian berpecah belah”. Lalu dari sisi atas shirāth ada pula penyeru yang lain mengingatkan jika ada manusia hendak menyingkap gordin dan masuk ke salah satu dari pintu-pintu itu maka ia berkata: “Celaka! Jangan kamu buka itu! Jika dibuka, maka kamu akan terperosok ke dalamnya”.

Kemudian Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa al-shirāth al-mustaqīm itu adalah agama Islam. Kedua tembok yang membatasi dua sisi jalan itu adalah batas-batas yang telah ditentukan Allah. Sementara pintu-pintu yang terbuka itu adalah segala sesuatu yang diharamkan Allah. Penyeru yang berdiri di ujung jalan lurus itu adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan penyeru dari sisi atas shirāth adalah pemberi nasihat (wa’izh) dari Allah yang ada pada setiap diri seorang Muslim.

Dari beragam penafsiran tentang al-shirāth al-mustaqīm itu, Buya Hamka mencoba mengompromikan penafsiran tersebut. Beliau mengatakan bahwa al-shirāth al-mustaqīm adalah agama yang benar, yaitu agama Islam. Sumber utama petunjuk ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Lalu representasi dari Al-Qur’an adalah Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, untuk memahami dan mengaplikasikan petunjuk Al-Qur’an itu, maka semestinya kita menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan utama dalam setiap sendi kehidupan.

Sahabat, lihatlah! Betapa Mahabaiknya Allah kepada kita. Dengan kelemah-lembutan-Nya, kita dituntun untuk memanjatkan doa. Narasi doanya pun langsung dari Allah: Ihdinā al-shirāth al-mustaqīm. Kita tak perlu repot-repot merangkai kata menyusun doa. Tinggal kita saja menghadirkan hati yang khusyuk melangitkan doa tersebut setiap waktu. Doa tuntunan Allah ini menjadi kunci sukses bagi kita dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Al-shirāth al-mustaqīm inilah yang mengantarkan kita kepada jalan keselamatan, keberkahan, dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun