Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Kekejaman Tuhan

17 Januari 2025   10:13 Diperbarui: 17 Januari 2025   10:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari Pembalasan (Sumber: Kompas.com)

Allah adalah pemilik Hari Pembalasan. Demikian yang disebutkan dalam QS. Al-Fatihah ayat 4. Kenapa dinamakan Hari Pembalasan? Kesannya sadis dan kejam. Tapi, benarkah Allah itu sadis dan kejam?

Nah, saya kira ayat ini jangan kita baca tanpa menghubungkan dengan ayat-ayat sebelumnya. Maka, munasabah (keterkaitan) antar ayat tidak bisa kita lepas begitu saja dalam memahami suatu ayat.

Kalau kita perhatikan surat Al-Fatihah, Allah memulai surat ini dengan ayat: "Bismillah ar-rahman ar-rahim". Sejak awal Allah memperkenalkan sifat-Nya Rahman dan Rahim, kalau kita baca terjemah sering diartikan sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Sifat Rahman Allah menunjukkan bahwa Dialah Tuhan untuk seluruh alam. Semua makhluk mendapatkan limpahan Rahman Allah, tanpa terkecuali di muka bumi ini. Begitu pun manusia, mau dia beriman ataupun tidak, tetap mendapatkan Rahman Allah. Maka, di mana letak kekejaman Allah?

Semua makhluk menikmati fasilitas Allah di alam ini secara gratis. Nggak dipungut biaya sepeser pun. Hanya saja, kita yang kadang tak tahu diri menggunakannya secara berlebihan untuk mengeruk keuntungan pribadi maupun primordial. Eksploitasi secara tidak wajar itu bisa menimbulkan kerusakan, baik di darat maupun di laut.

Benar saja, nikmat Tuhan itu, kalau mau dihitung niscaya tak akan terhitung banyaknya. Maka, sebagai makhluk ciptaan-Nya mestinya kita perbanyak syukur. Ekspresikan syukur kita itu dengan merawat sepenuh hati segala fasilitas yang telah Allah berikan itu. Jangan jadi manusia angkuh dan gemar merusak, apalagi sampai melakukan pertumpahan darah di muka bumi ini.

Sifat Rahman Allah itu harus kita resapi dan internalisasi di dalam diri kita. Dengan demikian, nilai-nilai kebaikan berupa kasih sayang serta sikap empati dan simpati akan tumbuh di dalam diri kita. Hal ini penting mengingat fungsi sosial kita sebagai manusia. Kehidupan sosial kita sangat bergantung kepada nilai-nilai kebaikan tersebut.

Bayangkan, dalam kehidupan sosial, kita bersifat individualistik, tidak peduli dengan penderitaan orang lain, dan sebagainya? Tentu akan kacau pergaulan hidup kita di tengah-tengah masyarakat. Maka, fitrah kita sebagai manusia telah hilang pada saat itu. Apalah artinya hidup kalau jiwa kemanusiaannya telang hilang?

Maka, di sinilah kita melihat kebaikan Tuhan itu. Dia menciptakan manusia lengkap dengan segala potensi kebaikan yang dimilikinya. Artinya, Allah ingin kita menjadi orang baik. Jangan kotori kefitrahan kita sebagai manusia dengan berbuat kerusakan, pembunuhan, dan hal-hal keji lainnya.

Di sinilah kita menemukan relevansinya, kenapa ada Hari Pembalasan? Hari Pembalasan adalah bentuk keadilan Tuhan, bukan sebagai bentuk kekejaman sebagaimana anggapan sebagian orang. Tuhan itu Maha Adil. Dia tidak akan berlaku zalim terhadap makhluk-Nya, kecuali kita saja yang seringkali menzalimi diri sendiri.

Ketika hidup di muka bumi, banyak kita saksikan manusia berperilaku zalim, merusak, dan berlaku semena-mena. Atas kezalimannya itu, dia tidak mendapat hukuman setimpal, bahkan bisa lolos dari jeratan hukuman dunia. Tapi, di Hari Pembalasan nanti, jangan harap dia bisa lolos dari hukuman Allah. Hukuman Allah terjadi bukan sebab Allah kejam, tetapi sebab perbuatan manusia itu sendiri yang telah melampaui batas.

Seandainya Hari Pembalasan itu tidak ada, maka di manakah letak keadilan atas orang-orang zalim lagi merusak itu?

Demikian juga dengan orang-orang yang telah berbuat baik selama hidupnya, tetapi hidupnya malah terlihat susah dan menderita. Jika tidak ada Hari Pembalasan, betapa nahasnya nasib orang-orang yang berbuat baik itu. Perbuatan baiknya tidak dibalas dengan kebaikan yang setimpal.

Maka, sekali lagi, di manakah letak keadilan itu atas orang-orang yang telah berbuat baik semasa hidupnya?

Oleh sebab itu, keyakinan kita terhadap Hari Pembalasan itu seharusnya menjadikan kita lebih bersemangat berbuat baik, memanfaatkan kesempatan waktu dengan sebaik-baiknya untuk berkarya dan berkontribusi bagi kehidupan.

Jangan lelah menjadi orang baik. Tetaplah berbuat baik meskipun kadangkala kebaikan kita tak dihargai. Ingat, kita berbuat baik bukan karena manusia, tapi kita berbuat baik karena kita adalah hamba dan kita adalah manusia. Yakinlah, setiap kebaikan yang kita lakukan, sekalipun kecil, tetap akan mendapatkan balasan di sisi Tuhan yang Maha Adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun