Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada. Buku Solo: 1. Di Bawah Renungan Al-Qur'an (2017). 2. The Good Muslim: Menjadi Muslim Berjiwa Kuat, Berakhlak Dahsyat, Berpribadi Hebat, dan Hidup Bermanfaat (2024). Buku Antologi: 1. IMM di Era Disrupsi: Membaca Kecenderungan Baru Gerakan (2022). 2. Kembali Berjuang (2023). 3. Mumpung Masih Muda: Spesial Quotes About Youth (2023).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Iman, Sabar, dan Kesuksesan

12 Januari 2025   12:40 Diperbarui: 12 Januari 2025   12:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Orang Sabar (Sumber: Meta AI)

Sabar itu berat, tak semudah mengucapkan. Tapi, itulah perintah Allah yang mesti kita jalankan. Walau bagaimanapun beratnya, laku sabar ini tetap harus kita jalani sepanjang hayat. 

Maka, kita bersyukur punya iman. Sebab, iman itulah yang menuntun kita menjalani hidup dengan sabar. Sabar yang berat itu, jika dilakoni dengan keimanan yang kuat, niscaya akan menjadi ringan. 

Dengan iman, maka yang sulit menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, yang tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah miracle of iman.

Semua sifat-sifat baik akan berkumpul pada diri orang yang sabar. Al-Qur’an menyatakan:

“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. 41: 35)

Mulia sekali mereka yang sabar. Maka, beruntunglah bagi siapa pun yang memenuhi dirinya dengan sifat sabar. Orang sabar akan lebih tenang dan bijak dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan.

Implementasi Sabar

Menjalankan ketaataan butuh sabar. Menjauhi kemaksiatan butuh sabar. Menghadapi cobaan hidup butuh sabar. Semuanya perlu sabar. Sebab, sabar membuat segala sesuatu yang kita kerjakan menjadi indah.

Saat hendak berdakwah ke Thaif, bukannya disambut dengan hangat, tapi malah Nabi Muhammad SAW dihujani dengan batu kerikil sehingga ada bagian tubuhnya yang terluka dan berdarah. Peristiwa ini membuat malaikat penjaga gunung jengah, sebab melihat sang kekasih Allah diperlakukan secara kasar oleh penduduk Thaif.

Lalu malaikat penjaga gunung itu pun menawarkan diri, jika saja Nabi Muhammad SAW berkehendak, maka kedua gunung yang ada di samping kota itu akan ia benturkan sehingga siapa pun yang ada di dalamnya akan mati terhimpit oleh dahsyatnya benturan keras kedua gunung itu.

Tapi, di sinilah kita melihat betapa jiwa Nabi dipenuhi dengan kesabaran. Nabi Muhammad SAW menolak tawaran malaikat penjaga gunung itu. Bahkan, Nabi berharap semoga suatu saat nanti Allah menciptakan generasi yang lahir dari tulang rusuk mereka yang akan memeluk Islam dan beriman kepada Allah.

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah).” (QS. 46: 35)

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW menyikapi perlakuan kasar dari penduduk Thaif terhadapnya dengan kesabaran. Lalu Nabi berdoa:

“Ya Allah! Tunjukkanlah kaumku (ke jalan yang lurus), karena sesungguhnya mereka itu tidak mengerti.”

Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam hal sabar ini harus kita ikuti dan implementasikan dalam setiap aspek kehidupan kita. Yakinlah bahwa kesabaran yang kita lakoni itu suatu saat nanti akan berbuah manis.

Maka, ucapan yang sering kita lontarkan bahwa sabar seseorang itu ada batasnya tampaknya perlu kita tinjau kembali, kita renung-renungkan lagi. Sebab, barangkali bukan sabarnya yang terbatas, hanya saja kita yang tidak mampu memenuhi diri kita dengan sifat sabar itu. Sabar itu perlu latihan yang panjang. Memang tak mudah. Ada saja godaan yang datang dari kiri-kanan, depan-belakang, atas-bawah. Tapi, itulah tantangannya.

Oleh sebab itu, di samping ikhtiar yang kita lakukan, mintalah juga perlindungan kepada Allah agar hati kita selalu dipenuhi sifat sabar.

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. 41: 36)

Jangan lupakan doa. Sebab, doa adalah senjata utama bagi setiap Muslim. Allah menyatakan:

“Sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.” (QS. 2: 186)

Sabar Kunci Kesuksesan

Sabar adalah kunci keberhasilan kita dalam hidup. Tak ada artinya punya impian yang besar dan cita-cita yang besar, jika tidak kita tempuh dengan kesabaran. Medan perjuangan hidup dalam meraih cita-cita itu luas sekali. 

Oleh sebab itu, perlu kesabaran yang tanpa batas. Jika kita batasi kesabaran itu, maka sampai kapan pun kita tak akan pernah sampai kepada puncak kemenangan. Membatasi kesabaran adalah wujud dari sikap pesimisme dalam memandang kehidupan yang sarat tantangan ini.

Pesimisme bukan mental pemenang. Maka, sikap pesimisme ini harus kita jauhi jika kita ingin menjadi sang pemenang itu. Sang pemenang itu adalah mereka yang selalu mengembangkan sikap optimisme, memperluas kesabaran dalam perjuangan.

Segala daya upaya mereka kerahkan dalam medan perjuangan itu. Tidak ada rasa takut dalam diri mereka, dan mereka tidak bersedih hati, sebab Allah menjadi tempat sandaran mereka dalam bertawakal.

Kesabaran adalah modal besar yang harus dimiliki oleh sang pemenang. Al-Qur’an menyatakan:

“Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. 2: 112)

Inilah mental pemenang. Apa pun yang terjadi, mereka tetap sabar dalam berbuat baik, tetap sabar menempuh jalan dalam meraih cita-cita, tetap sabar meskipun dihadapkan dengan berbagai kesulitan.

Sabar, sabar, dan sabar. Yang kita butuhkan hanya sabar. Sebab, tidak setiap kesulitan itu selamanya sulit. Allah menegaskan bahwa:

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. 94: 5-6) 

Coba perhatikan, dua kali Allah mengulang kalimat yang sama. Hal yang demikian itu seakan-akan Allah hendak mengingatkan kita agar tidak terus menerus mengeluh dengan kesulitan yang ada, sebab bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Maka, bersabarlah. Jangan salah memahami, sabar itu tidak berarti berpangku tangan dan berdiam diri, tetapi dalam sabar itu ada ikhtiar, mujahadah, dan tawakal.

Oleh sebab itu, dengan sabar, niscaya Allah akan berikan kemudahan-kemudahan dan jalan keluar atas setiap gelombang kesulitan yang sedang kita hadapi. Jangan takut, jangan bersedih, apalagi sampai berputus asa. Ingat, kita tidak sendiri, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”, (QS. 2: 153). Cukuplah Allah tempat kita bergantung dan meminta pertolongan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun