Jangan bersedih saat melihat kesuksesan orang lain. Semua sudah ada bagiannya masing-masing. Semua ada saatnya. Kita hanya perlu bersabar dan tetap tekun berikhtiar. Sabar dan tekun dalam berikhtiar jauh lebih besar nilainya daripada sekadar mengharapkan hasil. Hasil itu urusan Allah. Allah tahu kapan waktu yang tepat dalam menetapkan takdir-Nya untuk kita. Kesiapan menerima takdir jauh lebih penting untuk kita siapkan daripada memikiran bentuk dari takdir itu sendiri.
Sebenarnya, kita tak perlu ambisius, tapi enjoy sajalah dalam menjalani kehidupan ini. Nikmati setiap detik proses perjalanan hidup kita. Jangan terlalu cemas memikirkan nasib kita di masa depan. Pasalnya, kalau terlalu cemas memikirkan nasib di masa depan, energi kita akan terkuras habis, lalu muncul sikap pesimis memandang masa depan. Tentu ini berbahaya.
Orang pesimis itu orang yang tak punya harapan. Kalau hidup tak punya harapan, habis sudah, tamat riwayat hidup kita. Sadarilah, perjuangan kita untuk sampai di sini sudah cukup hebat dan luar biasa. Maka, jangan berkecil hati. Karena bisa jadi posisi dan kondisi kita saat ini justru menjadi dambaan banyak orang di luar sana.
Proses itu mahal sekali harganya. Dengan proses kita menjadi lebih matang. Maka, bersyukurlah dengan posisi dan situasi kita saat ini. Proses itu dapat menjadikan jiwa kita semakin kuat dan kokoh. Dalam proses itu ada nilai-nilai pendidikan yang kita peroleh. Itu ilmu mahal yang belum tentu orang lain dapatkan.
Hidup enak tanpa proses itu tidak ada nikmat-nikmatnya. Sebab, roda kehidupan itu berputar, yang hidup enak hari ini tidak selamanya enak. Suatu saat ada masa-masa tidak enak itu datang. Nah, saat itulah mereka akan kelimpungan. Kelimpungan karena tidak pernah berproses. Tidak ada pengalaman berarti yang mengajarkan mereka tentang arti kehidupan sehingga jiwa mereka rapuh dan mudah menyerah. Benar kata pepatah, pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Jangan bersedih karena merasa terasing. Kita masih punya Allah. Allah tempat kita bergantung dan memohon pertolongan. Allah tidak tidur. Allah melihat apa yang telah kita upayakan. Maka, teruslah berikhtiar sampai Allah mengatakan takdir mana yang engkau inginkan? “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.”, (QS. 9: 105).
Allah tempat kita bertawakal. “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”, (QS. 3: 159). Tak mengapa kita dalam keterasingan, asal dalam keterasingan itu kita tidak kehilangan Allah.
Jika Allah tetap di hati kita, maka Allah tak akan membiarkan kita terombang-ambing tanpa rahmat dan pertolongan-Nya. Tapi, jika kita kehilangan Allah, maka bersiaplah kita akan kehilangan segala-galanya. Inilah keterasingan yang sesungguhnya meski hidup di tengah-tengah keramaian.
Lihatlah bagaimana keteguhan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam berjuang. Bahkan, dalam kondisi sulit pun, Nabi tetap optimis berjuang. Karena keimanan yang kokoh, Nabi dan orang-orang beriman bersamanya berhasil dalam Perang Badar.
Meskipun secara jumlah, pasukan Muslimin lebih sedikit dibanding pasukan kaum musyrikin, tapi sedikit pun mereka tidak gentar menghadapi musuh-musuhnya. Semangat mereka tetap membara karena mereka yakin pertolongan Allah akan tiba.
“Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.” (QS. 3: 123)
Para mufasir menjelaskan, keadaan kaum Muslimin lemah adalah karena mereka sedikit dan perlengkapan mereka kurang, yakni 313 pasukan Islam melawan 1000 pasukan kafir.
“(Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang beriman, ‘Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)’. ‘Ya’ (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikannya (pemberian bala-bantuan itu) melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar hatimu tenang karenanya. Dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. 3: 124-126)
Sahabat! Spirit perjuangan Nabi dan kaum Muslimin dalam Perang Badar itu harus kita serap dalam diri kita dalam mengarungi medan perjuangan hidup. Bahwa ketidakmustahilan itu bisa kita taklukkan dengan keyakinan, kesabaran, dan ketakwaan kepada Allah. Maka, jangan ragu melangkah demi meraih cita-cita, meraih impian.
Ingatlah falsafah ini:
“Jika cita-cita itu sudah menjadi keyakinan, maka batu gunung pun niscaya akan tembus.”
Sikap optimis itu akan mendorong kita untuk mengerahkan seluruh energi positif dalam meraih apa yang kita cita-citakan. Yakinlah, pertolongan dan kemenangan dari Allah pasti akan tiba pada waktu yang tepat untuk kita, insya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H