Orang insecure cenderung iri dengan kehidupan orang lain, lalu mencemaskan hari-harinya yang akan datang, padahal hari-hari yang akan datang itu belum tentu menjadi hari miliknya.
Sifat iri ini buruk sekali. Sebab, orang yang punya sifat iri, ia tidak pernah senang dengan kesenangan orang lain. Apalagi kesenangan itu melebihi dari sekadar yang ia miliki.
Hidupnya jadi sengsara melihat kesenangan orang lain. Padahal sama sekali tidak ada kaitan dengan hidupnya. Lalu timbul sakit hati. Dari rasa sakit hati ini bisa pula muncul keburukan-keburukan lainnya. Menjalar ke mana-mana. Inilah akibat iri.
Insecure yang Diperbolehkan
Rasulullah sebenarnya membolehkan iri, asal iri dalam hal kebaikan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:
"Tidak ada iri hati yang diperbolehkan selain dalam dua hal, yaitu: terhadap seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian dibelanjakannya di jalan kebaikan, dan terhadap seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah kemudian ia mengajarkannya dan mengamalkannya."
Jika demikian irinya, malah ini sangat dianjurkan. Iri dalam hal kebaikan akan memberikan dampak positif dalam diri kita. Pun orang yang kita iri dengannya, mereka juga akan memperoleh kebaikannya.
Oleh sebab itu, warisilah kebaikan. Dengan mewariskan kebaikan dalam kehidupan, maka tak ada ruang bagi orang lain untuk berlaku iri dengan kita melainkan iri karena kebaikan kita.Â
Warisan kebaikan niscaya menjadi amal jariyah yang tiada terkira nilainya, terus menerus mengalir sepanjang masa pahala kebaikan bagi pewarisnya. "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula", (QS. 55: 60).
Jika ada iri yang diperbolehkan, maka kenapa memilih iri yang dilarang? Kebiasaan buruk kita, semakin dilarang malah semakin menjadi-jadi. Semoga itu tidak terjadi.
Perhatikan juga hadis Nabi ini: