Facebook mengingatkan saya status beberapa tahun lalu. Status itu saya tulis pada 5 Januari 2019. Kalau tidak salah ingat, status itu adalah hasil ringkasan yang saya buat ketika mendengarkan tausiah seorang ustaz.
Mohon maaf saya lupa siapa ustaz yang menyampaikannya. Memori hafalan saya lemah sekali. Untung saja, ada Facebook yang mengingatkan isi status ini. Inilah di antara manfaat jika Facebook atau media sosial lainnya kita jadikan sebagai wasilah dalam menyampaikan kebaikan. Maka, gunakanlah media sosial sebagai media untuk kebaikan.
Hasil ringkasaan saat mendengarkan tausiah yang saya tulis jadi status Facebook itu berisi tentang lima perkara yang menjadi penghalang kesalehan kita.Â
Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa seandainya tidak ada lima keburukan di dunia ini, tentunya manusia akan menjadi saleh semuanya. Kelima keburukan itu adalah: Pertama, merasa senang dengan kebodohan. Kedua, ambisi dan tamak dalam urusan dunia. Ketiga, bakhil dengan kelebihan harta. Keempat, riya' dalam beramal. Kelima, membanggakan diri.
Mari kita bahas satu per satu!
Pertama, Merasa Senang dengan Kebodohan
Kebodohan itu adalah sifat yang seringkali disematkan kepada orang yang tidak tahu, tidak paham. Tapi, sering juga orang yang telat pahamnya kita sebut juga sebagai bodoh. Berulangkali dijelaskan persoalan tertentu, tapi tidak paham-paham. Pahamnya ketika sudah seratus kali dijelaskan.
Oke, kita tidak menyalahkan kebodohan pada situasi di atas yang ada pada diri seseorang. Barangkali ia memang punya kelemahan dari sisi kognitif. Kelemahan itu mungkin pula karena faktor-faktor tertentu yang tidak kita ketahui.
Lalu, yang jadi persoalan adalah ada orang yang merasa senang dengan kebodohan. Artinya, secara fisik ia sempurna, tapi malas belajar. Orang-orang yang malas belajar adalah orang-orang yang merasa senang dengan kebodohan. Belajar tentang apa pun, yang itu bermanfaat bagi perkembangan dirinya.Â
Imam Syafi'i pernah berkata: