"Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan."
Perkataan Imam Syafi'i ini popular sekali, terutama di kalangan para pelajar. Guru-guru sering menyampaikan pesan Imam Syafi'i ini untuk memotivasi semangat belajar murid-muridnya. Karena memang belajar itu melelahkan sekali.
Oleh sebab itu, orang malas itu selamanya tak akan pernah sukses dalam menuntut ilmu. Mengentaskan kebodohan hanya dengan rajin belajar dan terus mau belajar. Jangan sampai, kita merasa senang dengan kebodohan yang kita miliki.
Orang-orang yang merasa senang dengan kebodohan itu ada ciri-cirinya. Jika ciri-ciri ini ada pada diri seseorang, maka ia bisa kita katakan sebagai orang yang senang dengan kebodohan.
Pertama, orang yang merasa senang dengan kebodohan itu selalu merasa paling benar sepanjang waktu. Kedua, senang menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri. Ketiga, suka marah-marah jika merespons suatu permasalahan. Keempat, mereka tidak punya rasa empati terhadap orang lain, egois. Kelima, merasa lebih baik dari siapa pun.
Sahabat! Coba cek, ada tidak dalam diri kita kelima ciri orang yang merasa senang dengan kebodohan itu?
Kalau ada, sadarlah, segera perbaiki. Kalau tidak ada, syukur alhamdulillah, berarti Anda termasuk orang saleh. Orang saleh itu adalah orang yang terus mau belajar dan membenahi diri.
Jika suatu waktu kita dihadapkan dengan orang-orang yang bodoh itu, maka bersabarlah, tidak perlu kita ladeni secara serius. Anggap saja angin lalu. Atau dengarkan tips Al-Qur'an ini:
"Apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam." (QS. 25: 63)
Kedua, Ambisi dan Tamak dalam Urusan Dunia
Nah, ini berbahaya sekali. Orang-orang yang ambisius dan tamak dalam urusan dunia seringkali menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Dia tidak peduli dengan nasib orang lain. Bahkan, senang sekali menzalimi orang lain.