Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada. Buku Solo: 1. Di Bawah Renungan Al-Qur'an (2017). 2. The Good Muslim: Menjadi Muslim Berjiwa Kuat, Berakhlak Dahsyat, Berpribadi Hebat, dan Hidup Bermanfaat (2024). Buku Antologi: 1. IMM di Era Disrupsi: Membaca Kecenderungan Baru Gerakan (2022). 2. Kembali Berjuang (2023). 3. Mumpung Masih Muda: Spesial Quotes About Youth (2023).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Jalan Menuju Keabadian

7 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 7 Januari 2025   15:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Jalan (Sumber: Meta AI)

Dalam hadis Rasulullah SAW yang selalu kita dengar disebutkan:

“Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali dari tiga, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orangtuanya.” (HR. MUSLIM)

Berdasarkan hadis di atas, tiga hal itulah yang mengabadikan hidup kita. Harta yang kita miliki, ia akan bermanfaat, jika digunakan untuk beramal saleh.

Dr Khairuddin Bashori, seorang Pakar Psikologi, mengatakan bahwa kekayaan tidak dilihat dari seberapa banyak yang dimiliki, tetapi ditentukan oleh seberapa besar manfaat yang dapat dibagi.

Dengan demikian, harta kita akan memiliki nilai manfaatnya jika kita bersikap dermawan, senang berbagi dan tolong-menolong dalam kebaikan. Inilah hal pertama yang akan mengabadikan hidup kita.

Kemudian yang kedua, yang mengabadikan hidup kita, adalah ilmu yang bermanfaat.

Sayyidin Ali bin Abi Thalib pernah berkata: 

“Kejarlah ilmu, karena dengan ilmu Anda dapat hidup selama-lamanya. Manusia pasti mati, tetapi orang yang berilmu akan tetap hidup.”

Oleh sebab itu, Islam sangat menganjurkan kepada kita supaya giat dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, karena ilmu akan membawa kemanfaatan bagi dirinya dan bagi orang lain.

Orang yang berilmu ini sangat istimewa, mereka ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 58: 11)

Tentang keistimewaan ilmu ini juga disebutkan dalam riwayat bahwa Rasulullah SAW masuk masjid dan menemukan dua kelompok majelis di dalamnya, yaitu majelis zikir dan majelis ilmu.

Rasulullah SAW menuturkan: “Kedua majelis ini baik, tetapi aku lebih menyenangi salah satu daripada yang lain. Majelis pertama orang-orang yang berzikir dan memohon kepada Allah; Allah mungkin mengabulkan doa mereka atau menolaknya. Majelis kedua orang-orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku sendiri diutus sebagai guru”. Lalu Rasulullah SAW duduk di majelis ilmu.

Mengikat dan menebarkan ilmu juga dapat dilakukan dengan menulis buku. Buku adalah guru dan sumber ilmu. Menulis buku juga sebagai tanda terima kasih kepada guru. Menulis buku adalah ikhtiar dan perjuangan menuju keabadian. 

Tentang menulis ini, guru saya pernah mengingatkan bahwa menulis adalah cara kita menebarkan ilmu dan mengabadikan hidup. Karya-karya itulah kelak sebagai penyambung hidup yang kedua kali di dunia.

Salah satu semboyan yang disampaikan oleh guru saya adalah perkataan masyhur Ali bin Abi Thalib: “Tulisan akan tetap hidup walaupun penulisnya sudah mati”.

Terakhir, amal yang terus mengalir adalah doa anak saleh. Anak adalah aset berharga bagi orang tua. Anak adalah amanah yang dititipkan Allah SWT kepada para orang tua.

Oleh karena itu, ia harus dijaga, dirawat, dan dididik dengan baik sehingga menjadi anak yang saleh atau salehah, atau dalam Al-Qur’an disebut dengan istilah qurrata a’yun, yaitu anak yang menjadi penyejuk dan penyenang hati orang tuanya.

Al-Qur’an menuntun kita untuk selalu berdoa supaya Allah SWT menganugerahkan kepada kita anak keturunan yang saleh dan salehah:

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan anak keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. 25: 74)

Anak-anak yang saleh dan salehah (qurrata a’yun) inilah yang menjadi dambaan para orang tua. Merekalah kelak yang diharap-harapkan doanya ketika orang tuanya meninggal dunia.

Doa anak-anak yang saleh dan salehah akan memberikan manfaat untuk kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua memperhatikan pendidikan anak, membentuk karakter dan pribadi mereka menjadi pribadi yang saleh dan salehah. 

Itulah di antara tiga upaya yang dapat kita lakukan, dalam rangka menjadikan diri sebagai manusia bermanfaat. Manusia bermanfaat, hidupnya akan berarti dan abadi. Budi baiknya akan selalu dikenang, sekalipun telah meninggal dunia. Sebagaimana dalam pantun Melayu yang masyhur dikatakan:

Pulau Pandan jauh di tengah

Di balik Pulau Angsa Dua

Hancur badan dikandung tanah

Budi yang baik terkenang jua

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun