Kelima, Manusia Haram
Manusia tipe ini adalah manusia yang ada atau tidak adanya menjadi sumber masalah. Kehadirannya membawa masalah, ketiadaannya pun meninggalkan masalah.
Lima tipe manusia di atas dapat dijadikan tolok ukur bagi kita untuk melihat di mana posisi kita, tergolong ke dalam tipe manusia macam apakah kita?
Syukur-syukur tipe manusia pertama, atau paling tidak, tipe manusia kedua, yakni manusia wajib atau manusia sunah.
Sebab, itulah tipe manusia terbaik sebagaimana yang diungkapkan dalam hadis Nabi SAW: "Khairunns anfa'uhum linns". Artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia", (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni).
Setiap kita memiliki peluang menjadi manusia bermanfaat. Oleh sebab itu, jadikan hidup kita yang singkat ini sebagai hidup yang bermanfaat, bagi siapa pun dan di mana pun.
Dalam satu kesempatan Buya Hamka pernah menuturkan:
“Dalam umur yang sekian pendeknya kita lalui di dunia, ia bisa kita panjangkan. Dengan apa? Dengan sebutan, dengan amal, dengan bekas tangan, dengan iman dan amal saleh.”
Buya Hamka melanjutkan:
“Sebelum engkau mati, peliharalah sebutan dirimu yang akan dikenang orang dari dirimu, karena kenangan atas ketika hidup yang dulu itu adalah umur yang kedua kali bagi manusia.”
Dari nasihat Buya Hamka di atas, kita dapat memahami bahwa kebermaknaan hidup itu terletak pada jejak-jejak kehidupan yang ditinggalkan.