Boleh jadi karena memang malaikat sebelumnya pernah menyaksikan ada makhluk sebelum Adam yang Allah ciptakan lebih dulu di muka bumi yang kerjanya hanya merusak saja. Malaikat khawatir, hal serupa itu terjadi pada diri manusia.
Mungkin pengalaman inilah yang membuat malaikat bertanya tentang maksud Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Akan tetapi, Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat.
Benar-benar tidak seperti yang dicemaskan malaikat, justru Allah membekali Adam dengan seperangkat pengetahuan. Lalu malaikat pun menyaksikan dan mengakui bagaimana dahsyatnya pengetahuan yang dimiliki Adam.
“Mereka berkata: ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana’.”, (QS. 2: 32)
Inilah bentuk ketundukan malaikat kepada Allah dan penghormatannya kepada Adam.
“Dia (Allah) berfirman: ‘Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!’. Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia (Allah) berfirman: ‘Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan’.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’. Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. 2: 33-34)
Di situlah kita melihat bahwa Adam dimuliakan bukan karena asal penciptaannya dari saripati tanah. Allah sama sekali tidak menyebutkan bahwa Adam itu menjadi mulia karena ia diciptakan dari saripati tanah.
Tapi, kemuliaan Adam terletak pada kelebihan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”, (QS. 58: 11).
Maka, hal ini menjadi pelajaran dan hikmah buat kita, bahwa asal-usul keturunan bukan faktor yang menyebabkan kita menjadi mulia. Tidak ada gunanya membangga-banggakan asal-usul keturunan, pangkat kedudukan, harta, atau lain-lainnya jika diri ini tidak kita bekali dengan ilmu pengetahuan.
Apalah artinya asal-usul keturunan, pangkat jabatan, dan harta itu jika kebodohan masih melekat dalam diri kita? Oleh sebab itu, penyakit suka membangga-banggakan itu harus kita buang jauh-jauh dari diri kita. Sebab, kita bukan iblis yang merasa mulia hanya karena diciptakan dari api.