Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Quality Time with Al-Qur'an

3 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:55 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Membaca Al-Qur'an (Sumber: Meta AI)

“Hiduplah bersama Al-Qur’an, baik dengan cara menghafal, membaca, mendengarkan, atau merenungkannya. Sebab, ini merupakan obat paling mujarab untuk mengusir kesedihan dan kedukaan”, demikian tulis Dr ‘Aidh Al-Qarni dalam buku La Tahzan

Sebagai Mukmin, kita tahu, bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup kita. Al-Qur’an adalah nur, yang memberikan pencerahan, pedoman, dan suluh dalam kehidupan kita.

Maka, kita nggak boleh jauh dari Al-Qur’an. Jika hidup kita jauh dari Al-Qur’an, niscaya seperti orang yang berjalan dalam kegelapan, tidak tahu arah tujuan.

Al-Qur’an menunjukkan kita kepada jalan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, Al-Qur’an wajib kita imani, baca, pahami, amalkan, dan ajarkan.

Nabi mengakatakan: “Sebaik-baik manusia adalah yang memperlajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.

Membaca Al-Qur’an memberi keberkahan. Dengan membacanya, niscaya keberkahan dan ganjaran pahala istimewa pula yang akan kita dapatkan.

Sesungguhnya, tidak ada bacaan lain yang lebih baik dari membaca Al-Qur’an. Zikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Bahkan, mendengarkannya pun berpotensi mengundang turunnya rahmat Allah kepada kita.

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu memperoleh rahmat”, (QS. 7: 204). 

Maka, lidah kita tak boleh kering tanpa dibasahi dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an, mata kita tak boleh tertutup dari memandang keindahan ayat-ayat Al-Qur’an, telinga kita tak boleh alfa tanpa mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, raga kita tak boleh jauh tanpa menghadiri majelis Al-Qur’an, dan laku kita tak boleh lengah dari bimbingan Al-Qur’an.

M Abdullah Darraz menuturkan:

“Al-Qur’an bagaikan intan; setiap sudutnya memancarkkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.”

Nabi pun mengatakan:

“Al-Qur’an adalah jamuan Tuhan. Rugilah orang yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan yang lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak menyantapnya.”

Potret Ulama Bersama Al-Qur'an

Sahabat! Berapa jam sehari waktu kita untuk Al-Qur’an? Kita akan kagum melihat potret para ulama dalam hal interaksi mereka dengan Al-Qur’an. Salah satunya adalah Buya Hamka.

Menurut penuturan dari pihak keluarganya, Buya Hamka itu tidak kurang lima jam sehari dalam membaca Al-Qur’an. Berarti, bisa saja lebih dari lima jam sehari di waktu yang lain.

Intensitas waktunya yang cukup tinggi terhadap Al-Qur’an itulah yang kemudian menghasilkan karya monumentalnya, yakni Tafsir Al-Azhar, yang ia selesaikan semasa di penjara.

Buya Hamka adalah salah satu ulama yang dipilihkan Allah memiliki kemampuan yang mendalam untuk menyelami makna-makna Al-Qur’an. Tentu pilihan Allah itu juga melihat bagaimana upaya seseorang dalam memberikan perhatian penuh terhadap Al-Qur’an.

Jiwa Buya Hamka dibasuh dengan kesucian ayat-ayat Al-Qur’an sehingga memancarlah cahaya berlian Al-Qur’an itu dalam dirinya. Cahaya berlian dari pancaran Al-Qur’an itu diejawantahkannya melalui Tafsir Al-Azhar.

Potret Buya Hamka ini dapat menjadi teladan bagi kita. Memberikan perhatian penuh terhadap Al-Qur’an.

Berapa durasi waktu dalam sehari yang kita curahkan untuk Al-Qur’an? Jangan sampai waktu yang 24 jam itu kita lewati tanpa sejam pun berinteraksi dengan Al-Qur’an. Rugi sekali. Bak hidangan, maka rugi tidak menyantapnya.

Meminjam kata-kata dosen saya semasa kuliah dulu, beliau Prof Muhammad Chirzin, Guru Besar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga: "Rengkuhlah Al-Qur’an itu agar kita direngkuh pula oleh Pemilik Al-Qur’an".

Berapa banyak waktu yang kita curahkan untuk Al-Qur’an, maka sebanyak itu pulalah pancaran cahaya berlian dari Al-Qur’an menerobos masuk ke dalam diri kita.

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang Mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar”, (QS. 17: 9).

“Dan ini adalah Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat”, (QS. 6: 155).

Al-Qur’an itu obat pelipur lara. Saat jiwa kita terasa gundah, Al-Qur’an-lah datang menghibur dan memberikan kabar gembira.

Bersahabatlah dengan Al-Qur’an, niscaya Al-Qur’an akan membuka segala rahasianya. Sebagai sahabat, tentu saja, tidak akan sungkan mencurahkan segala isi hatinya.

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian”, (QS. 17: 82).

Semoga perhatian kita terhadap Al-Qur’an semakin besar. Saya juga berharap, semoga kita suatu saat kelak dapat memantulkan secercah cahaya berlian Al-Qur’an itu dalam bentuk karya-karya yang menggugah hati dan membimbing penikmatnya ke jalan yang dikehendaki Al-Qur’an. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun