“Al-Qur’an bagaikan intan; setiap sudutnya memancarkkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.”
Nabi pun mengatakan:
“Al-Qur’an adalah jamuan Tuhan. Rugilah orang yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan yang lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak menyantapnya.”
Potret Ulama Bersama Al-Qur'an
Sahabat! Berapa jam sehari waktu kita untuk Al-Qur’an? Kita akan kagum melihat potret para ulama dalam hal interaksi mereka dengan Al-Qur’an. Salah satunya adalah Buya Hamka.
Menurut penuturan dari pihak keluarganya, Buya Hamka itu tidak kurang lima jam sehari dalam membaca Al-Qur’an. Berarti, bisa saja lebih dari lima jam sehari di waktu yang lain.
Intensitas waktunya yang cukup tinggi terhadap Al-Qur’an itulah yang kemudian menghasilkan karya monumentalnya, yakni Tafsir Al-Azhar, yang ia selesaikan semasa di penjara.
Buya Hamka adalah salah satu ulama yang dipilihkan Allah memiliki kemampuan yang mendalam untuk menyelami makna-makna Al-Qur’an. Tentu pilihan Allah itu juga melihat bagaimana upaya seseorang dalam memberikan perhatian penuh terhadap Al-Qur’an.
Jiwa Buya Hamka dibasuh dengan kesucian ayat-ayat Al-Qur’an sehingga memancarlah cahaya berlian Al-Qur’an itu dalam dirinya. Cahaya berlian dari pancaran Al-Qur’an itu diejawantahkannya melalui Tafsir Al-Azhar.
Potret Buya Hamka ini dapat menjadi teladan bagi kita. Memberikan perhatian penuh terhadap Al-Qur’an.
Berapa durasi waktu dalam sehari yang kita curahkan untuk Al-Qur’an? Jangan sampai waktu yang 24 jam itu kita lewati tanpa sejam pun berinteraksi dengan Al-Qur’an. Rugi sekali. Bak hidangan, maka rugi tidak menyantapnya.