Artikel kali ini, saya ingin sedikit berbagi cerita tentang potret belajar Al-Qur'an di waktu kecil. Tentu yang dimuat dalam cerita ini hanya pengalaman saya pribadi dan sedikit gambaran tentang bagaimana model pembelajaran Al-Qur'an di kampung saya. Barangkali cerita sederhana ini dapat mengobati kekangenan kita sewaktu belajar Al-Qur'an pada era itu. Selamat menyimak!
Di era 90-an, anak-anak begitu semangat dan ceria saat belajar mengaji Al-Qur'an. Pagi hari hingga menjelang waktu Zuhur, anak-anak bersekolah. Sepulang dari sekolah, selepas makan siang dan salat Zuhur, mereka berangkat mengaji Al-Qur'an.
Dengan berbaju koko, berpeci hitam, dan menggendong tas kecil berisi Buku Iqra' berwarna hitam yang legendaris itu, mereka tampak begitu bersemangat mengayunkan kaki menuju ke rumah-rumah guru ngaji mereka. Kira-kira begitulah potret anak-anak di kampung saya yang antusias dalam belajar mengaji Al-Qur'an.
Di kampung saya, ada beberapa guru ngaji. Rumah masing-masing dari para guru itulah sebagai tempat anak-anak belajar mengaji Al-Qur'an. Rumah saya termasuk salah satunya. Sebab, Ayah dan Ibu saya adalah beberapa di antara guru yang mengajarkan anak-anak dalam membaca Al-Qur'an di kampung itu.
Kemampuan membaca Al-Qur'an saya sekarang ini, tak lepas dari jerih payah didikan mereka sewaktu kecil. Begitupun dengan puluhan teman saya yang lain. Jika dikenang, belajar mengaji Al-Qur'an di waktu kecil dulu, sangat mengasyikkan.
Seingat saya, pada tahun 1995 atau bertepatan dengan 5 tahun usia saya, saya mulai belajar mengaji Al-Qur'an. Saya termasuk murid yang cepat bisa membaca Al-Qur'an di antara beberapa murid Ayah dan Ibu.
Oleh sebab itu, dalam usia 7 atau 8 tahun, saya sudah diminta Ayah dan Ibu untuk menyimak bacaan murid-muridnya yang masih berada di level Iqra'. Sedangkan untuk murid-murid yang sudah sampai di level tadarus Al-Qur'an, Ayah dan Ibu sendiri yang menanganinya.
Setelah menyimak bacaan teman-teman yang masih di level Iqra' itu, giliran saya pula yang menyetorkan bacaan Al-Qur'an saya kepada Ayah atau Ibu.
Saya heran, di waktu kecil, kami tidak pernah diterangkan apa itu Al-Qur'an, bagaimana sejarah turunnya Al-Qur'an, dan hal-hal lain seputar Al-Qur'an. Yang kami tahu, kami hanya diperintahkan orang tua untuk belajar mengaji Al-Qur'an sampai khatam.
Meskipun demikian, belajar mengaji Al-Qur'an merupakan keasyikan tersendiri bagi kami dulu. Bahkan, jadwal mengaji adalah momen yang dinanti-nanti. Belajar mengaji Al-Qur'an di era itu, laiknya sebuah hiburan yang begitu menyenangkan.