Allah menghamparkan bumi sebagai tempat penghidupan bagi kita. Kebutuhan kita sebagai manusia semuanya tersedia di muka bumi ini. Mulai dari sandang, pangan, dan papan semuanya tercukupi.
Bumi pun begitu ramah kepada manusia. Ia rela mewakafkan dirinya untuk kehidupan dan kebutuhan manusia. Tanah, laut, dan udara dapat dinikmati manusia secara bebas. Maka, nikmat Allah mana lagi yang kita dustakan?
Nggak ada kata yang pantas terucap atas semua anugerah Allah yang tak terkira ini melainkan ungkapan syukur yang paling dalam. Tapi, realitanya sedikit sekali di antara manusia itu yang bersyukur.
Di mana letak kesyukuran itu, jika bumi yang kita diami ini nggak dipelihara, dikelola, dan dirawat dengan baik? Keramahan bumi dibalas dengan perilaku-perilaku merusak, nirmoral, dan nggak bertanggung jawab.
Eksploitasi alam secara brutal kerapkali terjadi. Akibatnya, bencana alam datang silih berganti. Sebut saja misalnya banjir, longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain.Â
Hal itu semua terjadi karena ulah tangan manusia itu sendiri. Namun begitu, kita nggak pernah sadar, bahwa semua itu terjadi sebagai bentuk protes alam ini atas perilaku kita yang merusak dan tidak terpuji.
Tindakan-tindakan brutal manusia terhadap alam itu telah disinggung dalam Al-Qur'an:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. 30: 41)
Dalam ayat yang lain juga, Al-Qur'an menyinggung:
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. 42: 30)