fakta. Narasi yang diciptakan oleh netizen memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi publik secara masif, tetapi sering kali mengabaikan akurasi dan konteks yang sebenarnya.
Di era digital, tragedi dan skandal sering kali berubah menjadi panggung sensasi yang mengaburkanKebakaran besar di Los Angeles, laporan OCCRP tentang korupsi global, dan vonis dalam kasus korupsi timah di Indonesia adalah tiga contoh terbaru bagaimana narasi media sosial dapat mendistorsi fakta dan menciptakan realitas alternatif yang jauh dari kebenaran.
Netizen memiliki peran besar dalam membangun opini publik, sering kali dengan menyederhanakan isu yang kompleks menjadi meme, teori konspirasi, atau narasi emosional yang mudah diterima.
Dalam kasus kebakaran Los Angeles, video manipulatif yang memperlihatkan kobaran api yang lebih besar dari kenyataan telah menyebar luas, memancing emosi tanpa memperhitungkan konteks ilmiah.
Dalam laporan OCCRP, diskusi yang seharusnya berfokus pada korupsi sistemik malah bergeser ke arah teori konspirasi tentang kepemimpinan dunia. Begitu pula dalam kasus timah di Indonesia, angka Rp 300 triliun yang viral lebih sering dipersepsikan sebagai kerugian langsung yang dicuri, tanpa mempertimbangkan bahwa itu adalah proyeksi dampak ekologis jangka panjang.
Narasi yang dibentuk netizen sering kali didorong oleh emosi dan keinginan untuk 'menghukum' pihak yang dianggap bersalah. Sayangnya, tanpa keinginan untuk memahami fakta yang sebenarnya, narasi tersebut justru memperkeruh suasana dan memperlebar jarak antara persepsi publik dan kebenaran.
Fenomena ini mencerminkan bagaimana media sosial telah menjadi medan pertempuran opini, di mana sensasi sering kali mengalahkan substansi.
Kebakaran Los Angeles Narasi Api dan Manipulasi
Ketika kebakaran besar melanda Los Angeles, media sosial dibanjiri gambar dan video dramatis yang bahkan lebih kuat dari kisah-kisah film Hollywood. Foto-foto yang beredar menggambarkan langit merah menyala, sementara video menunjukkan api besar melahap rumah-rumah mewah milik selebriti seperti Billy Crystal dan Mandy Moore.
Kehilangan properti ini menjadi sorotan media, seolah menggambarkan betapa dahsyatnya bencana tersebut.
Namun, banyak dari gambar dan video tersebut diketahui hasil manipulasi teknologi AI yang memperbesar kesan dramatis. Tidak hanya itu, narasi teologis juga muncul, mengaitkan kebakaran ini dengan "azab" atas tindakan politik Amerika Serikat di Timur Tengah.