Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pilar Transformasi Ekonomi Bojonegoro

5 Januari 2025   06:22 Diperbarui: 5 Januari 2025   06:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bojonegoro, sebuah kabupaten di Jawa Timur, dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam (SDA), khususnya minyak dan gas bumi (migas) dari Blok Cepu. 

Kabupaten ini memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang tergolong tinggi, mencapai Rp 8,7 triliun pada tahun 2024. 

Namun, ironi besar masih terlihat, meskipun ada eksploitasi SDA yang terus berlanjut, manfaat ekonomi dari kekayaan alam ini belum dirasakan secara signifikan oleh penduduk lokal. Banyak masyarakat masih terjebak dalam kemiskinan, sementara lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan masih sangat terbatas.

Masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi Bojonegoro mencerminkan adanya kesenjangan antara potensi daerah dan kesejahteraan masyarakatnya:

Kemiskinan,  Pada tahun 2024, tingkat kemiskinan mencapai 11,69%, dengan lebih dari 147.000 jiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Meski angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya, jumlahnya masih cukup signifikan untuk ukuran daerah dengan APBD tinggi.

Pengangguran,  Hingga tahun 2023, jumlah pengangguran mencapai 36.411 orang, akibat meningkatnya jumlah angkatan usia kerja. Tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2024 tercatat sebesar 4,42%, turun dari 4,63% pada 2023. Namun, angka ini belum mencerminkan realitas lapangan kerja yang didominasi sektor informal dengan pendapatan rendah.

Stunting,  Masalah gizi buruk terus menjadi ancaman bagi anak-anak di Bojonegoro, memengaruhi kualitas generasi mendatang. Stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada produktivitas jangka panjang penduduk lokal.

Perceraian, Pada 2022, terdapat 2.690 perkara perceraian yang diajukan, terdiri dari 1.909 cerai gugat dan 781 cerai talak. Tingginya angka perceraian sering kali disebabkan oleh tekanan sosial-ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

APBD Tidak Terserap Optimal,  Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Bojonegoro, hingga 26 September 2024, realisasi belanja baru mencapai 36,03% atau Rp 2,9 triliun dari total APBD Rp 8,2 triliun. Ketidakmampuan untuk memanfaatkan anggaran ini menunjukkan inefisiensi dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan yang seharusnya berdampak langsung pada masyarakat.

Melihat tantangan tersebut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat menjadi solusi strategis untuk mengatasi berbagai permasalahan di Bojonegoro. 

KEK adalah zona dengan fasilitas khusus yang dirancang untuk mendorong investasi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dengan pola pembangunan yang integratif, KEK memungkinkan pengembangan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan terarah.

Solusi yang dapat diterapkan melalui KEK meliputi ;

Diversifikasi Ekonomi: KEK dapat membantu Bojonegoro mengurangi ketergantungan pada sektor migas dengan mengembangkan sektor lain seperti agroindustri dan pariwisata. Pengolahan hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah dapat meningkatkan pendapatan petani lokal.

Peningkatan Lapangan Kerja: KEK dapat menciptakan lapangan kerja baru yang lebih layak dan berbasis teknologi modern. Dengan menarik investasi dari berbagai sektor, KEK dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Bojonegoro.

Pembangunan Infrastruktur Terpadu: KEK akan mendorong pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan utilitas dasar lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan industri. Infrastruktur yang memadai akan meningkatkan konektivitas dan daya saing daerah.

Pemberdayaan SDM Lokal: KEK dapat menyediakan program pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan industri yang berkembang di kawasan tersebut.

Belajar dari KEK lain yang telah sukses, seperti KEK Arun Lhokseumawe, KEK Kendal, dan KEK Gresik, Bojonegoro dapat mengadopsi model pengembangan yang mengutamakan kolaborasi strategis dan investasi sektor bernilai tambah. Sebagai contoh, KEK Kendal berhasil menarik lebih dari 70 perusahaan dengan investasi Rp 25 triliun dan menciptakan lebih dari 25.000 lapangan kerja. Sementara itu, KEK Gresik menjadi pusat pengolahan logam dan petrokimia yang mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.

Penerapan KEK di Bojonegoro memerlukan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan kolaborasi dengan sektor swasta. Perencanaan yang matang, pelibatan masyarakat lokal, dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan menjadi kunci keberhasilan KEK. Dengan pendekatan yang tepat, KEK dapat menjadi katalisator utama transformasi ekonomi di Bojonegoro, menciptakan ekonomi yang lebih inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Sumber Referensi:

Data BPS Bojonegoro 2024

BlokBojonegoro.com

Radar Bojonegoro

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Bojonegoro

Studi KEK Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun