BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di Indonesia memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan total 65 perusahaan per Oktober 2023, BUMN menjadi motor penggerak utama dalam menyediakan infrastruktur, energi, dan layanan publik.
Namun, memasuki tahun 2025, tantangan global dan perubahan teknologi memaksa BUMN untuk bertransformasi dari sekadar agen pembangunan menjadi pelopor inovasi.
Mengacu pada teori futurologi Alvin Toffler dan John Naisbitt, perubahan besar di dunia usaha harus dimulai dengan pemahaman terhadap megatrends. Toffler menekankan transisi dari ekonomi berbasis industri menuju era informasi dan inovasi teknologi.
Sementara itu, Naisbitt menyoroti pentingnya globalisasi dan pemanfaatan teknologi tinggi untuk menciptakan daya saing di pasar internasional.
Kajian futurologi ini akan mengupas peran BUMN di Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang di tahun 2025 dengan membandingkannya dengan superholding sukses seperti Temasek Holdings di Singapura dan Khazanah Nasional Berhad di Malaysia.
Kontribusi BUMN terhadap Keuangan Negara
Pada tahun 2024, BUMN Indonesia mencatatkan dividen sebesar Rp 85,5 triliun, naik dari Rp 81,2 triliun pada tahun sebelumnya. Dividen ini berasal dari 10 perusahaan utama, dengan kontribusi terbesar dari sektor perbankan, energi, dan telekomunikasi.
Kontribusi ini menunjukkan peran strategis BUMN dalam menopang keuangan negara. Namun, beberapa tantangan utama seperti tata kelola yang belum optimal dan pengaruh politik masih menjadi hambatan dalam pengelolaan BUMN secara profesional.