Hal ini menyebabkan pengelola kawasan menghadapi penurunan pendapatan, yang pada akhirnya dapat memengaruhi stabilitas ekonomi lokal. Beberapa kawasan industri mungkin menghadapi stagnasi jika tidak ada upaya revitalisasi untuk menarik penyewa baru.
Di sisi lain, perusahaan yang tetap bertahan sering kali mengurangi skala produksi atau mencoba beradaptasi melalui otomatisasi. Namun, adopsi teknologi ini memerlukan investasi besar dan kesiapan tenaga kerja yang masih menjadi tantangan di Indonesia.
Solusi untuk Kawasan Industri Existing
Kawasan industri seperti Jabodetabek, Karawang, dan Cikampek memiliki potensi besar untuk bertahan di tengah tekanan kenaikan UMK, tetapi memerlukan transformasi signifikan. Solusi utama adalah mengubah kawasan ini menjadi pusat industri modern berbasis teknologi.
Digitalisasi dan otomatisasi harus menjadi prioritas untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.
Selain itu, diversifikasi sektor dapat membantu kawasan ini menarik tenant dari industri bernilai tinggi seperti energi terbarukan, otomotif listrik, dan teknologi medis, yang lebih tahan terhadap tekanan biaya tenaga kerja.
Peningkatan keterampilan tenaga kerja juga menjadi kunci keberhasilan. Program pelatihan ulang yang berfokus pada teknologi harus segera diimplementasikan, dengan kolaborasi antara pemerintah, pengelola kawasan, dan perusahaan.
Langkah ini tidak hanya membantu tenaga kerja yang terdampak tetapi juga meningkatkan daya tarik kawasan bagi sektor industri berbasis teknologi.
Sektor properti industri yang terdampak relokasi membutuhkan inovasi untuk bertahan. Pengelola kawasan dapat merancang ulang lahan industri yang kosong menjadi fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan baru, seperti pusat data atau logistik modern.
Selain itu, insentif seperti pengurangan biaya sewa atau subsidi bagi penyewa baru dapat menarik perusahaan kembali ke kawasan tersebut.
Perbandingan Tren Industri di Asia Tenggara