Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fase Berbahaya Syndrome Daddy Blues Menjadi Sugar Daddy

13 Desember 2024   06:06 Diperbarui: 13 Desember 2024   06:06 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fase Daddy Blues & Sugar Daddy (Foto Kompas.tv dan Liputan 6 )

Tapi jangan salah, fase ini juga punya tantangan. Kadang, di balik topeng kesuksesan, seorang bapak merasa ada sesuatu yang hilang. Ia mulai bertanya-tanya, "Apa hidupku cuma kerja, bayar tagihan, terus mati?" Kalau rasa kosong ini terlalu besar, bisa-bisa ia tergelincir ke fase berikutnya yang jauh lebih berbahaya: Sugar Daddy.

Sugar Daddy Bahaya yang Mengintai

Fenomena Sugar Daddy ternyata tidak bisa dianggap remeh, apalagi di Asia. Menurut survei aplikasi kencan ternama SeekingArrangement, Indonesia berada di posisi kedua dengan 60.250 Sugar Daddy, hanya kalah dari India yang punya 338.000 Sugar Daddy. Bahkan negara maju seperti Jepang hanya mencatat 32.500, jauh di bawah Indonesia. Nah, pertanyaannya, bagaimana seorang bapak yang dulunya sibuk dengan popok bisa berakhir di daftar ini?

Sederhana saja: godaan. Setelah stabilitas finansial tercapai, sebagian bapak merasa butuh validasi baru. Mereka ingin merasa muda lagi, diinginkan lagi. Aplikasi kencan seperti SeekingArrangement mempermudah mereka bertemu pasangan muda yang mencari "dukungan" finansial. Hubungan ini sering kali transaksional, tidak mendalam, tetapi untuk sementara waktu, cukup untuk mengisi kekosongan emosional.

Tapi, apakah ini membawa kebahagiaan sejati? Tentu tidak. Hubungan yang didasarkan pada uang cenderung dangkal dan hanya berakhir dengan kehampaan. Plus, jangan lupa risikonya: hubungan keluarga hancur, reputasi runtuh, dan saldo bank yang tiba-tiba menyusut lebih cepat dari gaji masuk.

Spiritual Daddy Jalan Menuju Kedewasaan

 

Namun, tidak semua bapak berakhir di jalan Sugar Daddy. Bagi mereka yang menyadari bahwa kebahagiaan sejati ada dalam keluarga, ada fase yang lebih tinggi: Spiritual Daddy.

Seorang Spiritual Daddy adalah bapak yang telah menemukan kedamaian dalam hidupnya. Ia tidak lagi mencari validasi dari dunia luar. Anak-anak yang kini sudah dewasa menghormatinya, bukan karena kekayaannya, tetapi karena kebijaksanaannya. Ia menjadi mentor, pelindung, dan panutan sejati. Kalau dilihat, Spiritual Daddy adalah versi bapak yang sukses menjalani level up kehidupan dengan elegan.

Jalan Mana yang Akan Anda Pilih?

Fenomena Sugar Daddy, meskipun tampak "menarik" dari luar, hanyalah jalan pintas menuju kehampaan. Fase Daddy Blues mungkin berat, tapi itu adalah bagian dari perjalanan seorang bapak menuju kedewasaan. Dengan dukungan pasangan, refleksi diri, dan cinta kepada keluarga, seorang bapak bisa bertransformasi dari Daddy Blues menuju Daddy Goals, dan akhirnya menjadi Spiritual Daddy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun