Gibran mengangguk, terlihat semakin memahami.
Pembiayaan yang Transparan dan Tanggung Jawab
"Mas," saya melanjutkan, "Program-program besar seperti ini membutuhkan dana yang besar. Pastikan rakyat tahu bahwa dana ini tidak membebani APBN. Katakan dengan jelas bahwa Anda mendapatkan dukungan dari World Bank, UNESCO, dan NGO internasional dalam bentuk hibah yang tidak mengikat. Transparansi dalam pembiayaan akan membangun kepercayaan rakyat pada Anda."
"Mas Gibran," saya berkata dengan nada lebih lembut, "Anda punya peluang besar untuk meninggalkan warisan yang berarti. Reformasi BPJS dan pengentasan stunting ini bukan hanya soal memenuhi kebutuhan rakyat, tetapi juga soal mengembalikan martabat mereka.
Bayangkan wajah Pak Yono yang tersenyum lega karena tidak perlu antre panjang. Bayangkan Bu Susi yang merasa dihargai karena mendapat layanan kesehatan setara. Bayangkan balita-balita di pelosok Indonesia yang tumbuh sehat karena program gizi yang tepat sasaran.
Mas, rakyat tidak akan mengingat seberapa merakyat Anda terlihat di depan kamera. Mereka akan mengingat kebijakan Anda yang mengubah hidup mereka. Jadi, jadilah pemimpin yang membawa perubahan nyata."
Dalam imajinasi saya, Gibran tersenyum kecil, lalu menatap saya dengan penuh keyakinan.
"Pak," katanya, "Saya akan memastikan kedua program ini berjalan dengan baik. Terima kasih atas nasihat Anda."
Saya tersenyum lega. Malam itu, saya percaya bahwa Gibran memahami apa yang harus dilakukan. Dalam imajinasi ini, ia siap melewati badai dan meraih pelangi yang menunggu di ujung perjalanan. Karena rakyat tidak butuh gimik, mereka butuh kebijakan yang membawa harapan dan perubahan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H