Â
Gibran kemudian berbicara, "Pak, program makan bergizi gratis ini penting untuk menangani stunting. Tapi saya khawatir kalau program ini salah sasaran."
Saya tersenyum, memahami kekhawatirannya.
"Mas, Anda benar. Program ini harus berdasarkan data. Jangan sampai Anda memberikan makanan bergizi gratis kepada anak SMA yang sebenarnya lebih sibuk menjaga berat badan agar terlihat langsing untuk foto profil media sosial mereka. Itu jelas tidak relevan."
Gibran tersenyum kecil mendengar analogi itu, dan saya melanjutkan.
"Mas, lihat Kamboja dengan program Cash Transfer for Pregnant Women and Children Under Two. Mereka memberikan bantuan tunai langsung kepada ibu hamil dan keluarga yang memiliki anak di bawah usia dua tahun. Sasarannya jelas: kelompok usia rentan yang benar-benar membutuhkan.
Di Malaysia, program PERMATA menyediakan pendidikan, nutrisi, dan pengasuhan untuk anak usia dini dari keluarga miskin. Mereka tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga mendukung perkembangan kognitif dan kesehatan anak.
Mas Gibran, kita bisa mengadopsi pendekatan ini. Targetkan program makan bergizi gratis pada balita, ibu hamil, dan anak-anak usia dini di daerah miskin. Integrasikan dengan edukasi gizi dan pemeriksaan kesehatan. Kolaborasikan dengan komunitas lokal untuk memastikan program ini berjalan efektif dan tidak hanya menjadi simbol."
Tanpa Pencitraan Murahan
"Mas," saya berkata dengan nada lebih tegas, "rakyat tidak butuh gimik. Anda tidak perlu naik pesawat ekonomi atau membagi susu di depan kamera hanya untuk terlihat merakyat. Yang rakyat butuhkan adalah kebijakan---kebijakan yang berdampak nyata pada hidup mereka."
Saya melanjutkan, "Fasilitas negara itu diberikan bukan untuk Anda pamerkan dengan tidak menggunakannya, tetapi untuk mendukung pekerjaan Anda. Gunakan fasilitas itu dengan bijak, fokuslah pada kebijakan yang membawa perubahan. Jangan habiskan energi untuk pencitraan yang hanya menambah beban, tapi tidak berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat."