Anggaran besar yang dialokasikan untuk Program Makan Bergizi Gratis juga menimbulkan pertanyaan serius. Dengan Rp71 triliun, pemerintah memiliki peluang untuk secara signifikan memperkuat Program Percepatan Penurunan Stunting, yang sudah memiliki pendekatan yang terbukti efektif.
Namun, alih-alih memperkuat upaya ini, pemerintah memilih untuk menyebarkan anggaran ke kelompok yang kurang relevan dalam konteks stunting. Ini adalah keputusan yang tidak hanya boros, tetapi juga menunjukkan kurangnya prioritas dalam menghadapi krisis gizi.
Contoh dari negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam menunjukkan bahwa fokus dan efisiensi adalah kunci keberhasilan. Thailand, misalnya, berhasil menurunkan prevalensi stunting menjadi di bawah 10 persen dengan pendekatan targeted yang melibatkan sektor kesehatan, pendidikan, dan pertanian.
Vietnam juga menunjukkan hasil signifikan dengan menekankan kerja sama lintas sektor dan penggunaan pangan lokal untuk mendukung kelompok rentan. Indonesia, dengan anggaran yang jauh lebih besar, justru terjebak dalam kebijakan yang terfragmentasi dan kehilangan fokus.
Program Makan Bergizi Gratis adalah simbol dari ambisi besar yang salah arah. Program ini mungkin memberikan manfaat langsung yang terlihat bagi kelompok tertentu, tetapi gagal memberikan dampak nyata pada masalah inti. Stunting adalah krisis yang membutuhkan fokus, efisiensi, dan keberanian untuk mengambil langkah yang tepat.
Jika pemerintah terus mengalihkan perhatian dan sumber daya dari program penurunan stunting, generasi mendatang Indonesia akan tetap terjebak dalam siklus gizi buruk.
Pemerintah harus segera mengevaluasi dan mengintegrasikan kedua program ini. Program Makan Bergizi Gratis harus diarahkan untuk mendukung sasaran Program Percepatan Penurunan Stunting, dengan prioritas pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, khususnya di wilayah dengan prevalensi stunting tinggi.
Koordinasi antara Badan Gizi Nasional dan BKKBN harus diperkuat untuk memastikan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan memberikan dampak nyata pada penurunan angka stunting.
Selain itu, evaluasi transparan harus dilakukan untuk menilai efektivitas kedua program dalam mencapai tujuan jangka panjang.
Indonesia tidak membutuhkan kebijakan besar yang hanya terlihat bagus di atas kertas atau menyenangkan mata publik. Yang dibutuhkan adalah solusi nyata yang bekerja, dengan fokus yang tajam, alokasi anggaran yang efisien, dan dampak langsung pada kelompok yang paling membutuhkan.
Jika pemerintah tidak segera berbenah, stunting akan terus menjadi momok bagi generasi mendatang, dan program-program besar ini hanya akan dikenang sebagai kegagalan dalam memahami prioritas kesehatan nasional.