Lalu, saling ngerti kesibukan pasangan itu wajib. Kalau pasangan lagi sibuk cari nafkah, jangan malah minta nonton drama Korea bareng sambil nangis-nangis. Ngertiin aja, perjuangan itu buat keluarga juga.
Jangan lupa nikmati hal-hal sederhana. Bahagia itu nggak perlu mahal. Kadang ngobrol sambil makan gorengan di teras rumah lebih bikin hubungan awet daripada liburan mewah yang malah bikin pusing mikirin tagihan kartu kredit. Dan terakhir, selalu cari alasan buat ketawa bareng. Kalau ada masalah, jangan cuma diam atau marah-marah. Cari sisi lucunya, kayak waktu anak ngompol di kasur. Alih-alih kesal, jadikan itu bahan cerita lucu sambil ngopi bareng pasangan.
Jaga Keterbukaan, Jangan Sok Kuat
Keterbukaan itu penting, terutama soal keuangan. Kita yang laki-laki kadang sok kuat. Semua dipendam, semua ditanggung sendiri. Tapi kalau tiba-tiba kredit macet, cicilan mobil tersendat, dan debt collector datang pagi-siang-sore kayak minum obat tiga kali sehari, itu yang bahaya.
Jangan tunggu sampai masalah meledak, baru cerita ke istri. Keterbukaan sejak awal bikin pasangan lebih siap menghadapi apa pun bersama. Istri itu sebenarnya kuat, kok, asal tahu situasinya. Jangan sembunyi-sembunyi sampai semua jadi bencana, karena akhirnya malah bikin keluarga ikut terguncang. Pernikahan itu soal berbagi, bukan soal siapa yang paling tangguh.
Kalau Berantem, Fokus ke Solusi
Berantem itu wajar dalam pernikahan, tapi caranya harus benar. Jangan pernah ungkit keputusan yang sudah diambil bersama, apalagi yang gagal. Misalnya, saat keuangan lagi sulit, jangan bilang, "Kamu sih, nyekolahin anak di tempat mahal!" Itu nggak menyelesaikan apa-apa, malah bikin suasana makin panas.
Kalau ada masalah, fokuslah ke solusi, bukan ke masa lalu. Memang nggak mudah, terutama buat istri yang kadang godaan ngomelnya besar. Tapi percayalah, lebih baik diam sejenak daripada ngomong sesuatu yang bikin hubungan makin keruh.
Nikmat dalam Perjuangan
Pernikahan itu memang cuma 10% manis di awal. Tapi, sisa 90% adalah nikmat yang sangat-sangat luar biasa, kalau kita tahu cara menjalaninya. Dari mendidik anak, menjaga keterbukaan, hingga saling mendukung dalam menghadapi tekanan, semua itu adalah bagian dari perjalanan pernikahan yang membuat hubungan semakin bermakna.
Lonely marriage? Aduh, nggak ada di kamus kami! Dengan tujuan bersama, saling pengertian, dan sedikit humor, nikmat pernikahan bisa terus terasa, bahkan setelah puluhan tahun. Jadi, siap menikmati 90% yang sangat-sangat nikmat itu? Saya sudah jalan 26 tahun, dan rasanya luar biasa.