Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

UMKM Tangguh "Urip Karepmu ,Modar yo Karepmu"

22 November 2024   11:48 Diperbarui: 22 November 2024   11:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia itu kayak tukang becak di tanjakan, berat, ngos-ngosan, tapi selalu berhasil sampai tujuan. Meski krisis datang bertubi-tubi, kita tetap bertahan, bukan karena keajaiban, tapi karena ada UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) yang selalu jadi penyelamat. Hidup mereka itu seperti filosofi Jawa: "Urip karepmu, modar yo karepmu." Hidup itu pilihan. Mau sukses? Usaha. Mau menyerah? Ya tinggal terkapar.

Tahun 1998 Wartel Raja Telekomunikasi di Tengah Krisis

Bayangkan tahun 1998. Krisis moneter bikin ekonomi kita jungkir balik. Kurs rupiah jatuh bebas dari Rp2.000 ke Rp16.000 per dolar. Harga kebutuhan pokok melonjak gila-gilaan, dan rakyat kecil bingung mau ngadu ke siapa. Tapi di tengah kekacauan itu, muncul Wartel (Warung Telekomunikasi) sebagai penyelamat. Wartel bukan cuma tempat telepon, tapi juga tempat curhat dan bahkan transaksi bisnis dadakan.

Wartel ini punya nama keren tergantung lokasinya: ada Warpostel, Kiostel, hingga TUT (Telepon Umum Tunggu). Kalau yang antre banyak, operatornya berubah jadi "hakim waktu." Ada pelanggan yang cuma bayar lima menit tapi ngomongnya satu jam. Bahkan, ada cerita ibu-ibu yang sampai marah-marah karena anaknya nggak bisa jawab pertanyaan soal matematika lewat telepon. Masalah ekonomi global? Wartel tetap ramai.

Dan jangan lupakan TUT. TUT ini bukan singkatan kampus teknik, tapi Telepon Umum Tunggu. Biasanya ada di tempat strategis seperti pasar, terminal, dan pinggir jalan. Bahkan TUT sering dijadikan tempat ngobrol operator yang sibuk mengatur antrean sambil ngemil mi instan!

Puncaknya, pada periode 1998-2001, lebih dari 1 juta UMKM di seluruh Indonesia menggantungkan hidupnya dari bisnis Wartel dan sejenisnya. Wartel ini kayak WhatsApp dan Telegram zaman sekarang, tapi bayar per menit!

Ngomong,bicara adalah kebutuhan hidup, existensi wartel di masa krismon (dok. pri.).
Ngomong,bicara adalah kebutuhan hidup, existensi wartel di masa krismon (dok. pri.).

Tesy Srimulat  Akik dan Gaya Hidup Mistis

Lalu datanglah Tesy Srimulat, pelawak legendaris yang jadi ikon akik nasional. Sebelum akik booming di 2008, Tesy sudah mempopulerkan akik dengan caranya sendiri. Semua jarinya penuh cincin akik warna-warni, kayak katalog batu alam berjalan. Dari hijau zamrud sampai merah saga, akik Tesy ini nggak cuma gaya, tapi juga jadi bahan obrolan.

Tesy ini pelopor akik dengan sentuhan mistis. Konon katanya, cincin akik Tesy punya khasiat kebal bacok. Tapi fansnya lebih percaya, akik itu bikin Tesy kebal dari ejekan penonton karena tiap kali dia tampil, orang pasti ketawa terbahak-bahak. Tesy adalah bukti hidup bahwa akik bukan cuma sekadar batu, tapi juga senjata hiburan.

2008 Akik, Penyelamat Ekonomi di Tengah Krisis Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun