Heroisme tidak selalu datang dalam bentuk revolusi besar. Dalam Yowis Ben, heroisme adalah keberanian untuk berkata, yo wis ben. Kata-kata itu, yang terdengar seperti pasrah, adalah manifestasi dari daya juang arek Jawa Timur. Ia bukan sekadar penerimaan, tetapi sebuah langkah kecil ke depan, sebuah keberanian untuk terus mencoba meskipun dunia tidak selalu berpihak.
Bayu dan teman-temannya mungkin tidak mengubah dunia, tetapi mereka mengubah cara kita melihat perjuangan. Mereka menunjukkan bahwa keberanian adalah tentang bertahan ketika segala sesuatunya terasa tidak mungkin.
Menusuk Hati, Menyala Kembali
Yowis Ben adalah film yang menusuk hati. Ia tidak hanya menyentuh permukaan, tetapi masuk ke inti, mengguncang kesadaran kita tentang apa yang telah kita tinggalkan. Seni tradisional, bahasa lokal, kisah rakyat kecil---semua ini pernah menjadi jantung kehidupan kita. Dan melalui film ini, Bayu Skak menghidupkan kembali denyut itu, meskipun hanya untuk sejenak.
Film ini bukan hanya tentang Jawa Timur. Ia adalah cerita tentang semua daerah yang budayanya terpinggirkan, tentang semua orang yang pernah merasa kehilangan jati diri mereka di tengah arus modernitas. Ia adalah pengingat bahwa akar kita, betapapun sederhana atau kecilnya, adalah yang membuat kita kokoh.
Lentera untuk Budaya yang Tak Boleh Padam
Yowis Ben adalah sebuah lentera kecil yang menerangi jalan gelap budaya lokal kita yang mulai kehilangan arah. Ia adalah seruan untuk kembali, untuk melihat ke dalam, dan untuk menghargai apa yang pernah membuat kita menjadi siapa kita hari ini. Dengan setiap tawa, setiap dialog, setiap lagu, film ini berbicara langsung ke hati, mengingatkan kita bahwa budaya lokal bukan hanya milik masa lalu. Ia adalah milik masa kini, milik kita.
Di tangan Bayu Skak, Yowis Ben menjadi lebih dari sekadar film. Ia adalah perlawanan. Ia adalah cinta. Ia adalah sebuah obor yang menyala terang, menolak untuk padam. Dan melalui obor ini, budaya lokal menemukan kembali suaranya.
Catatan Penulis : Fim Yowis Ben, Tanggal rilis: 22 Februari 2018. Sutradara: Bayu Skak, Fajar Nugros Cerita: Bayu Skak Skenario: Bagus Bramanti, Gea Rexy Bahasa: Jawa, Indonesia
Penata musik: Andhika Triyadi.
Film di rilis kembali :Â