Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pahlawan dan Pelajaran dari Pemenang Nobel

10 November 2021   07:09 Diperbarui: 13 November 2021   07:15 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi guyub dengan orang-orang. (sumber: pixabay.com/skitterphoto)

Mereka, yang menuntut dimanjakan, diberi identitas, atau diperlakukan layaknya raja-raja kecil yang maniak kekuasaan dan menyalahgunakan amanat kerakyatan. 

Sementara bagi masyarakat, sikap dan mental yang dipertahankan hanya pasrah menerima nasib sebagai takdir sejarah, yang patut diterima, layaknya sang Pinokio, yang merasa cukup dengan menerima atau mengenainya.

Mereka sebenarnya bisa menjadi pahlawan di bidangnya masing-masing, jika sikap, mental, dan aksi-aksi yang dilakukan benar-benar ditujukan demi kepentingan tanah air.

Suatu kepentingan yang berembrio dari realitas sejati problem ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan, dan lainnya yang sedang menghimpit dan "menjajah" masyarakat.

"Tujuan dari kehidupan pahlawan", kata Albert Schwelaar (2006) adalah untuk melayani dan menunjukkan belas kasihan, serta menghasilkan komitmen menolong orang lain. 

Apa yang sedang diderita dan menjadi problem berat orang lain tidak dibiarkan menjadi penderitaan yang mengakut, berlapis, dan terus berlanjut, tetapi secepatnya dibaca secara cerdas sebagai segmentasi utama dari tanggungjawabnya

Pahlawan itu melayani dan bahkan harus memuaskan kepentingan masyarakat. Selagi di masyarakat masih bertebaran problem akut semisal penyakit sosial seperti kemiskinan, pengangguran, anak jalanan, putus sekolah, pelacuran, pengemisan, dan kekerasan atas nama penderitaan, serta booming bencana.

Maka ini jelas mengindikasikan kalau di masyarakat masih krisis kepahlawanan yang bermakna pengabdian, etos pelayanan publik yang adil dan memanusiakan.

Kita perlu berkaca pada pemenang Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, yang berkat peran-perannya terhadap kepentingan makro masyarakat, khususnya keberhasilannya dalam mengurai problem ekonomi dan korupsi secara konkrit yang menghimpit masyarakat Banglades.

Ini tentu supaya apa yang sedang, telah, dan barangkali akan kita perbuat, benar-benar riil tertuju pada apresiasi, dan ekspektasi, dan advokasi kepentingan masyarakat.

Itu mengajarkan pada setiap orang, khususnya elitis untuk menjadi pahlawan, yang berani melawan berbagai bentuk onak dihadapannya demi kemerdekaan, kesucian kemandirian, kesejahteraan, dan keadaban hidup berbangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun