Bisa pula disebabkan, bahwa seseorang berbuat jahat karena ingin kaya dengan cara yang gampang, atau kebutuhan ekonominya jauh lebih banyak dibandingkan kebutuhan pokoknya, sehingga menuntut dan memaksanya untuk memenuhi dengan cara yang salah, jahat, atau melanggar norma-norma agama dan negara.
Itu mengajarkan, bahwa kriminalitas atau kejahatan bukanlah merupakan peristiwa hereditir (bawaan sejak lahir) atau bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik awanita maupun pria, anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar, yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada suatu maksud tertentu dengan kesengajaan. Subyek yang melakukan demikian ini tentulah  melaluinya keterpengaruhan yang serius atau tidak dari seseorang atau sejumlah orang.
Lebih-lebih jika tindak kejahatan itu bukan dilakukan oleh perorangan atau secara individual seperti yang secara umum terjadi dalam kejahatan yang berhubungan dengan soal uang besar, tetapi dilakukan secara terorganisir, maka secara general tindak kejahatan yang terjadi dapat berakibat fatal bagi kehidupan seseorang yang menjadi korbannya atau kehidupan masyarakat.
Tindak kejahatan semacam itu biasanya didahului oleh suatu perencanaan yang matang, seperti bagaimana harus menghilangkan jejak dan mendapatkan harta yang diinginkan. Semakin "baik" perencanaan yang dilakukannya, maka keniscayaan korbannya sangat berat atau serius bisa terjadi. Disinilah wujud adaptasi kriminalitasnya  lebih menang dan "hegemonik".
Kesungguhan atau kinerja yang bisa membuahkan hasil dalam pencegahan atau penanggulangan jenis kejahatan apapun, sangat ditentukan oleh kemampuan aparat dalam membaca alur perkembangan ekologi sosial yang buruk (defek). Kalau bacaan ini ditinggalkan, maka alamat yang menjadi "digdaya" adalah para kriminalis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI