Mohon tunggu...
Abdul Wahab
Abdul Wahab Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rakyat biasa

Rakyat bisa yang ingin berbagi informasi di ruang media digital

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Lapak Buku Gratis di Masa Pandemi

10 Agustus 2021   09:20 Diperbarui: 10 Agustus 2021   09:27 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) menerbitkan surat edaran nomer 15 tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan belajar dari rumah dalam masa pandemi. Dalam aturan tersebut bertujuan mencegah serta melindungi warga pendidikan dari penyebaran dan penularan covid-19, kemudian memastikan pemenuhan hak peserta didik, pendidik dan orang tua. Metode yang digunakan dengan teknologi, pelaksanaan pembelajaran secara jarak jauh dari rumah daring.


Dengan memanfaatkan teknologi masyarakat yang dulunya tidak paham menjadi paham sedikit demi sedikit, seakan-akan datangnya virus covid-19 ini mengubah tatanan baru supaya seluruh manusia melek akan teknologi. Apalagi Revolusi Industri akan berganti menjadi Society 5.0, sebuah konsep yang dihadirkan oleh Federasi Bisnis Jepang menjadikan masyarakat masa depan agar melakukan semua hal kegiatan menjadi lebih mudah.  
 
Seperti halnya pada salah satu Desa kabupaten Cirebon, banyak keluhan orang tua terhadap sistem yang diberlakukan oleh pemerintah, lantaran tidak terlalu paham akan teknologi, serta mengajari anaknya sendiri yang berbagai mata pelajaran membuat kesulitan orang tua. Lantaran latar belang orang tua banyak yang hanya lulus SD, SMP, SMK bahkan ada juga yang tidak sekolah. Tak hanya itu, ekonomi juga jadi persoaln karena sarana alat seperti Hanphond yang tidak mampu membeli, ada juga punya alat tetapi tidak kuat untuk beli data internet. 


Apalagi pemerintah berlakukan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang membuat masyarakat jadi banyak di rumahkan berdampak pada ekonomi, mata pencaharian warga banyak yang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

Sehingga perlu berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam sehari-harinya. Beberapa warga juga mengeluhkan sistem yang diberlakukan pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus corona. Masyarakat menganggap pemerintah hanya mengeluarkan aturan tanpa memberikan solusi bagi yang terdampak aturan tersebut.


Samapai sekarang Agustus 2021 kasus yang positif covid-19 semakin menaik sehingga pemerintah membuat aturan baru Pemberlakukan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Semua sektor ditutup yang jelas nampak pada Mall dari yang biasanya ramai pengunjung sekarang sepi bahkan bisa dihitung berapa orang. Kemana semua karyawan Mall? Apakah dijamin hidupnya oleh pemerintah?  


Pada masa pandemi ini keluhan orang tua juga kesusahan dalam mengajari anak-anaknya, lantaran bukan dari keahlian pendidikan mengajar terus dibentrokan dengan kegiatan, kesibukan sehari-harinya dalam rumah tangga. Menjadikan anak-anak banyak yang lebih suka bermain ketimbang belajar, pada saat pembelajaran daring yang menggunakan applikasi vidio call anak-anak tidak paham, pelajaran yang disampaikan oleh gurupun tidak masuk secara maksimal. Menjadikan orang tua harus benar-benar mengeluarkan tenaga dan pikiran lebih untuk pendidikan anaknya.


Apalagi anak-anak yang sudah paham handphone iya lebih cenderung bermain game online dibanding membaca, belajar mencari informasi di internet, pendampingan secara penuh harus dilakukan oleh orang tua agar tidak disalah gunakan dalam menggunakan teknologi. 

Orang tua juga mengeluhkan soal biaya sekolah, pembelajaran diberlakukan jarak jauh daring, akan tetapi biaya sekolah tetap berjalan tanpa keringanan dan data internet ditanggung orang tua, yang setiap minggu, bahkan hari, memerluakan biaya untuk membeli data internet.


Ketidak efektifan belajar secara daring dirasakan oleh orang tua, betapa repotnya mendampingi anak-anak agar rajin membaca dan belajar. Perlu adanya peran pemuda dalam pendampingan belajar pada anak-anak. Partisipasi pemuda, dari tingkatan siswa, mahasiswa perlu bergotong-royong untuk mendampingi anakanak agar rajin membaca dan belajar. Menjadi contoh yang baik kepada generasinya agar menjaga kecerdasan dari kebodohan buta huruf dan angka.


Mahasiswa yang dicap kaum intelektual apa yang didapat dari bangku kuliahnya diimplementasikan kepada masyarakat, sekarang Indonesia sedang berduka semua sektor terdampak kepada masyarakat. 

Saling gotong-royong dari semua kalangan, budaya Indonesia akan gotong-royong jangan sampai hilang untuk menguatkan kehidupan bangsa agar lebih baik. Bekerja sama, saling tolong menolong, serta saling menghargai satu sama lain itulah yang diajarkan oleh nenek moyang dahulu, sehingga persiden Soekarno menetapkan Pancasila dalam sidang BPUPKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun